KOMPAS.com - Badai Ian yang diperkirakan menjadi salah satu badai terkuat di negara bagian Florida, Amerika Serikat (AS), menghancurkan bagian barat daya wilayah itu akhir September lalu.
Setelah kejadian yang menewaskan lebih dari 90 orang itu, muncul sejumlah unggahan di internet yang mengeklaim bahwa siklus badai seperti itu tidak terkait dengan perubahan iklim.
Dilansir dari AFP, salah satu klaim itu berasal dari twit komentator Fox News, Steve Milloy. Dia menyatakan bahwa isu perubahan iklim adalah tipuan semata.
Twit itu bisa dilihat di sini. Bunyinya sebagai berikut:
Klaim yang sama juga bisa dilihat di sini, sini, dan sini. Komentator lain bernama Liz Wheeler dengan pengikut 1,4 juta pengikut di Facebook juga menyampaikan klaimnya di sini.
Bukannya meningkat karena dampak perubahan iklim, menurut mereka, badai Ian adalah yang paling ringan sepanjang masa dan menolak pendapat ilmiah bahwa intensitas badai akan terus meningkat.
Berikut hasil penelusuran AFP terhadap klaim-klaim tersebut:
1. Pemanasan global dan badai
Data dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) AS, wilayah Florida yang memiliki banyak permukaan tanah yang rata, paling banyak menerima badai dari negara bagian AS lainnya.
Terdapat 110 badai yang terjadi di sana sejak 1851 sampai 2004, dan 35 di antaranya merupakan badai kategori 3 atau lebih. Badai Ian sendiri berkategori 4 dan sangat merusak.
Mahasiswa PhD yang mempelajari badai di Universitas di Albany, New York, Minghao Zhou, mengatakan, badai terjadi ketika uap air laut yang panas naik, lalu berubah menjadi awan, hujan, salju, es, bahkan hujan es dan melepaskan panas.
"Sumber energi badai terutama berasal dari penguapan air di permukaan laut," kata Zhou pada AFP.
Dia mencontohkan, misalnya saat seseorang merebus air di dalam ketel, air panas menguap tapi kemudian mengembun di tutup ketel.
Direktur Pusat Solusi Permukaan Laut di Florida University International Jayantha Obeysekera dengan lebih gamblang mengatakan bahwa laut menyerap 90 persen lebih panas.
Efek pemanasan global yang semakin menghangatkan laut itu, mendorong terjadinya badai.
"Dalam kasus Ian, Anda melihat ini di dalam area dan di sekitar Teluk (Meksiko) di mana badai mengalami intensifikasi yang cepat ketika melewati air yang lebih hangat," kata Jayantha.
2. Tren badai di tengah perubahan iklim
Meskipun diketahui proses terbentuknya badai terkait erat dengan pemanasan global, mengukur keterkaitannya secara rill masih sulit dilakukan.
Badai merupakan kejadian yang bervariasi, sehingga data yang terkumpul dari berbagai badai pun akan selalu tampak acak dan tidak meunjukkan tren tertentu.
"Cara topan diukur dari waktu ke waktu tidak konsisten. Oleh karena itu mencoba menemukan 'tren' sangat menantang," kata Kepala penyelidik di Pusat Penelitian Perubahan Iklim di Australia, Lisa Alexander.
Perhitungan ilmiah yang ada, yang dikirmkan NOAA, memproyeksikan ketika terjadi pemanasan global 2 derajat celsius, akan ada peningkatan 13 persen jumlah badai kategori 4 dan 5 secara global.
Slain itu, peneliti pascadoktoral di University Corporation of Atmospheric Research (UCAR) dan Purdue University, Jhordanne Jones, mengatakan bahwa jumlah badai di seluruh dunia telah meningkat.
"Aktivitas musiman keseluruhan (kombinasi frekuensi, intensitas, durasi) badai telah meningkat di seluruh dunia," kata Jhordanne.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa pemanasan global atau perubahan iklim berkaitan erat dengan pembentukan badai, meskipun tingkat keterkaitannya masih sulit dibuktikan karena variasi badai yang sangat banyak.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/10/12/082307082/cek-fakta-benarkah-siklus-badai-tidak-berkaitan-dengan-perubahan-iklim