Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[HOAKS] Vaksin Covid-19 Menyebabkan Berbagai Penyakit Kulit

KOMPAS.com - Di media sosial, tersiar narasi yang menyebut bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan berbagai penyakit kulit.

Narasi itu juga disertai beberapa foto seorang pasien yang memiliki penyakit kulit parah.

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar alias hoaks.

Ada sejumlah laporan penyakit kulit pada orang yang telah mendapat suntikan vaksin, tetapi tidak dapat menyimpulkan vaksin Covid-19 sebagai penyebab utamanya.

Narasi yang beredar

Informasi mengenai vaksin Covid-19 yang menyebabkan berbagai penyakit, disebarkan oleh akun Facebook ini dan Twitter ini.

"Yang menyesatkan itu mengapa pejabat kesehatan menganggap vaksin kopit all varian oplos aman bagi sebagian besar orang ??? kan begitu, brengsek nih label peringatannya. Pandemi brengsek jari tengah untuk pandemi abal-abal ini, Fvckem all about this hoax pandemic big scam ever ! !" tulis pengguna Twitter.

Adapun, berikut narasi di Facebook:

Berbagai kasus penyakit kulit setelah paksainasi copet19 mulai muncul di jurnal medis.
Twatter tidak akan membiarkan saya mempostingnya tautan, tentu saja.

Kedua unggahan itu menyertakan foto orang yang mengalami penyakit kulit, serta tautan dari Wiley.com.

Pasien mengalami septikemia selama di rumah sakit, tetapi membaik setelah menjalani 1 bulan terapi.

Adapun foto yang beredar di media sosial bersumber dari studi tersebut.

Studi itu juga menulis, sejauh hanya ada empat kasus pemfigus vulgaris onset baru setelah vaksinasi Covid-19 yang telah dilaporkan di seluruh dunia.

"Meskipun kasus ini dapat mewakili suatu kebetulan, namun, hubungan temporal, kelangkaan penyakit, tidak adanya faktor pemicu seperti obat-obatan atau infeksi dan kasus serupa yang dilaporkan dari serangan pemfigus setelah vaksin Covid-19 menunjukkan kemungkinan kausalitas," tulisnya.

Sebagai kesimpulan, studi itu menulis bahwa vaksin Covid-19 tidak diragukan lagi, merupakan satu-satunya penyelamatan jiwa terpenting melawan pandemi Covid-19.

Sebagian besar efek samping setelah vaksinasi ringan dan mudah diatasi, meskipun ada laporan beberapa reaksi serius yang jarang terjadi.

Dilansir dari laman Asosiasi Akademi Dermatologi Amerika (AAD), sejak pandemi merebak, dokter kulit kini telah mengumpulkan banyak data tentang reaksi kulit yang disebabkan oleh Covid-19 dan vaksinnya.

Dermatologis bersertifikat Esther Ellen Freeman MD, PhD, FAAD menjelaskan, manusia memiliki variabilitas besar dalam respons kekebalan yang menyebabkan kulit setiap orang bereaksi berbeda.

“Data dari penelitian besar di Eropa menunjukkan kepada kita bahwa sekitar 10 persen pasien Covid-19 akan mengalami reaksi kulit. Dari pasien yang mengalami ruam, sekitar 20 persen akan mengalami ruam baik sebagai satu-satunya tanda dan gejala Covid-19 atau tanda dan gejala pertama Covid-19,” kata Freeman.

Menurut Freeman, kurang dari 50 persen orang yang mengalami reaksi terhadap dosis pertama mereka memiliki reaksi yang sama terhadap dosis kedua. Jarang bagi orang yang tidak memiliki reaksi terhadap vaksin untuk mengembangkan reaksi terhadap booster.

Salah satu reaksi paling umum yang dapat dialami adalah reaksi lokal yang tertunda terhadap vaksin. Reaksi biasanya dimulai sekitar seminggu setelah injeksi, melibatkan area yang berubah warna dan terangkat di atas tempat suntikan yang akan hilang dengan sendirinya.

Reaksi ini tidak berbahaya dan seharusnya tidak menghentikan orang untuk divaksinasi.

"Setelah 10 miliar dosis vaksin diberikan di seluruh dunia, ada banyak data keamanan," ujar Freeman.

Kesimpulan

Narasi mengenai vaksin Covid-19 yang menyebabkan berbagai penyakit, merupakan hoaks.

Beberapa reaksi kulit memang dilaporkan. Ada pula kasus pemfigus vulgaris yang terjadi pada empat orang, dari seluruh puluhan miliar dosis vaksin yang diberikan di seluruh dunia.

Efek samping vaksin paling umum bagi kulit adalah reaksi lokal di sekitar suntikan, yang akan reda dengan sendirinya dan tidak berbahaya.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/09/29/091800882/-hoaks-vaksin-covid-19-menyebabkan-berbagai-penyakit-kulit

Terkini Lainnya

[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

[KLARIFIKASI] Foto Venus Dibuat Pakai Bahasa Pemrograman dan Photoshop

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

[VIDEO] Hoaks! FIFA Angkat Bicara soal Wasit VAR Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

INFOGRAFIK: Bisakah DPR Menolak Pindah ke IKN dan Tetap Berkedudukan di Jakarta?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Tidak Benar 'Time' Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

INFOGRAFIK: Tidak Benar "Time" Tampilkan Donald Trump Bertanduk di Sampul Majalah

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

[VIDEO] Benarkah Ada Fenomena Bulan Kembar di Pegunungan Arfak?

Hoaks atau Fakta
Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Data dan Fakta
Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Sejarah dan Fakta
Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi 'Online'

Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi "Online"

Hoaks atau Fakta
Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

Hoaks atau Fakta
Kebencian terhadap Perang Nuklir yang Melahirkan Godzilla

Kebencian terhadap Perang Nuklir yang Melahirkan Godzilla

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Cristiano Ronaldo Kritik Penampilan Marselino Ferdinan

[HOAKS] Cristiano Ronaldo Kritik Penampilan Marselino Ferdinan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pelatih Timnas Guinea Kaba Diawara Sebut Indonesia Negara Miskin

[HOAKS] Pelatih Timnas Guinea Kaba Diawara Sebut Indonesia Negara Miskin

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Saldi Isra Mundur dari Hakim MK, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Saldi Isra Mundur dari Hakim MK, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Misteri Penemuan Mayat di Kepulauan Seribu pada 1998...

Misteri Penemuan Mayat di Kepulauan Seribu pada 1998...

Sejarah dan Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke