Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tan Joe Hok dan Polemik Masa Lalu di Era Kejayaan Bulu Tangkis Indonesia

Kompas.com - 01/12/2020, 12:50 WIB
Benediktus Agya Pradipta,
Firzie A. Idris

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Legenda bulu tangkis Indonesia, Tan Joe Hok, mengungkapkan polemik yang pernah terjadi dalam perbulutangkisan nasional.

Tan Joe Hok merupakan satu dari sederet sosok berjasa dalam perkembangan olahraga tepuk bulu nasional. Dia dikenal sebagai pionir prestasi bulu tangkis Indonesia.

Selama berkarier, Tan Joe Hok pernah menjadi bagian dari "The Magnificient Seven" yang memenangkan Piala Thomas pertama untuk Indonesia pada 1958.

Tan juga menjadi orang Indonesia pertama yang meraih medali emas Asian Games pada edisi 1962.

Tak berhenti di situ, Tan Joe Hok pun tercatat sebagai pebulu tangkis Indonesia pertama yang mampu membawa gelar All England ke Tanah Air.

Baca juga: Ranking Dunia Badminton Usai All England 2020 Kini Jadi Acuan

Legenda bulu tangkis Indonesia, Tan Joe Hok. Legenda bulu tangkis Indonesia, Tan Joe Hok.
Lewat prestasinya tersebut, dia membawa bulu tangkis Indonesia menuju era kejayaan pada medio 1950-1960an.

Tan Joe Hok dkk membuat Indonesia dikenal sebagai negeri bulu tangkis hingga saat ini.

Dia kemudian berbagi cerita perjuangannya dalam acara webinar bertajuk "Tionghoa dalam Dunia Olahraga" yang juga dihadiri KOMPAS.com, Senin (30/11/2020) malam WIB.

Tan Joe Hok berbicara soal polemik yang pernah melanda perbulu tangkisan Indonesia.

Berdasarkan cerita Tan Joe Hok, polemik yang terjadi berkaitan dengan isu diskriminasi dan kesejahteraan pemain.

Baca juga: Pembinaan Atlet Bulu Tangkis PB Djarum Bisa Jadi Teladan bagi Olahraga Nasional

Polemik tersebut terjadi saat Tan Joe Hok ditunjuk menjadi pelatih tim Piala Thomas 1984.

Kala itu, PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia) tengah dinahkodai oleh Ferry Sonneville, salah satu anggota "The Magnificient Seven".

Ferry memiliki kedekatan dengan Tan Joe Hok karena pernah berjuang mengharumkan bulu tangkis Indonesia pada era yang sama.

Namun, keduanya sempat bersitegang saat mempersiapkan tim Thomas Cup 1984.

Ferry dan Tan Joe Hok tidak satu suara soal pemilihan pemain. Situasi ini menjadi bagian dari polemik bulu tangkis Indonesia ketika itu.

"Banyak yang aneh saat itu. Di sini manusia berubah. Ferry Sonneville adalah teman, guru, dan sahabat saya. Akan tetapi, setelah jadi 'orang', dia lupa semuanya," kata Tan Joe Hok.

Baca juga: Ketum PBSI Agung Firman Sampurna Ingin Rebut Kembali Supremasi Bulu Tangkis Indonesia

Tan Joe Hok kemudian melanjutkan cerita sambil melihat foto yang mengabadikan momen keberhasilan Indonesia merengkuh Piala Thomas 1984.

"Kalau lihat (foto) ini, kadang-kadang saya bisa menangis. Ini prosesnya, untuk dapat piala, merebut dari genggaman RRT, yang pada 1982 diambil mereka, dan 1984 kami bawa kembali, itu prosesnya tidak gampang," ungkap Tan Joe Hok.

"Saya sangat patuh dengan prosedur, semua harus direncakan, dirundingkan, dan setelah mencapai kata sepakat, laksanakan," imbuh dia.

"Namun, ketika itu lucu. Pemain sudah kami putuskan, tinggal mencari satu lagi yaitu pemain cadangan. Ada lima kandidat, semua sama baik, semua ada kekurangan. Jadi, yang paling bijak untuk menentukan pemain kedelapan ya dengan seleksi."

Baca juga: Bulu Tangkis Myanmar Diklaim Kian Berkembang Setelah Rekrut Pelatih Indonesia

"Kami bawa ke forum, rapat di PBSI. Kami kemukakan bahwa paling baik adalah mereka diseleksi. Ya keluar SK (Surat Keputusan), laksanakan," tutur Tan Joe Hok.

"Akan tetapi, baru berjalan dua kali seleksi, Bung Ferry datang dan mengatakan, 'Tidak perlu seleksi!'," ujar Tan Joe Hok sambil menirukan perkataan Ferry Sonneville.

Menurut Tan Joe Hok, Ferry bersikap demikian karena tidak terima dengan hasil seleksi ketika itu.

"Dia tidak terima karena Hadiyanto menang dua kali. Dia ga terima. Setelah itu, pemain berontak, tidak mau main semua. Ya, KONI kalang kabut. Itu satu contoh," tutur Tan Joe Hok menjelaskan.

"Maka dari itu saya bilang, manusia berubah. Di situ lah saya bilang, 'bulu tangkis kotor', saya buka saja di sini."

"Saya tidak pandang agamanya apa, sukunya apa, karena saya orang Indonesia. Orang berpikir lain, ini (skuad Thomas Cup 1984) hampir semua keturunan, yang tidak hanya Icuk Sugiarto."

Baca juga: Jatuh Hati dengan Bulu Tangkis, Mohammad Ahsan Belum Mau Pensiun Usai Olimpiade

"Adanya begitu, kenapa harus dipermasalahkan? Saya pilih yang terbaik untuk mewakili Indonesia. Saya tidak pilih yang terbaik untuk RRT, sama sekali tidak," tegas Tan Joe Hok.

Selain itu, Tan Joe Hok mengungkapkan polemik seputar kesejahteraan atlet.

"Bukan itu saja, justru teman baik saya, yang sama-sama kami berjuang dari kecil sampai dewasa, Bung Ferry, membuat banyak pemain sulit masuk TC karena adanya private contract (dengan sponsor)," ucap Tan Joe Hok.

"Namun, itu (private contract) langsung diputus Bung Ferry dan rekan-rekannya. Dia bilang, 'Tidak lagi ada private contract, harus collective contract'."

"Anda bayangkan saja, tadinya mereka dapat (jatah sponsor) utuh, setelah itu dibagi banyak. Ya udah, saya buka di sini, karena saya orang Indonesia. Setelah itu sempat tidak lagi ada pemain keturunan yang main bulu tangkis," ujar Tan Joe Hok.

"Itu kebobrokan era Ferry Sonneville. Bulu tangkis hancur karena Ferry Sonneville. Maaf, dia teman saya," kata Tan Joe Hok mengakhiri.

Baca juga: Tan Joe Hok Mengingat Yang Telah Tiada

Cerita dari Tan Joe Hok seolah menjadi pengingat sekaligus pembelajaran dalam proses perkembangan bulu tanglis nasional.

Adapun Ferry Sonneville yang juga berjasa besar dalam perkembangan bulu tangkis nasional telah berpulang pada 20 November 2003.

Dia mengembuskan napas terakhir pada usia 72 tahun.

Ferry Sonneville juga banyak berkorban selama berjuang untuk Indonesia.

Tan Joe Hok bercerita bahwa pada 1958, Ferry Sonneville rela meninggalkan studi di Belanda demi bergabung dengan tim Thomas Cup Indonesia.

Pengorbanan Ferry pun tak berakhir sia-sia. Indonesia berhasi merengkuh Piala Thomas untuk pertama kali dan mempertahankan gelar beberapa tahun berikutnya.

Ferry Sonnevile juga berjasa dalam pembentukan PB PBSI dengan dirinya pernah menjabat sebagai presiden organisasi tertinggi bulu tangkis Indonesia itu pada 1981-1985.

Ia juga menjadi presiden Federasi Badminton International (IBF), pendahulu BWF, pada 1971-1974.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Harapan Pemain Persib soal VAR di Championship Series Liga 1 2023-2024

Harapan Pemain Persib soal VAR di Championship Series Liga 1 2023-2024

Liga Indonesia
Thailand Open 2024, Ester dan Komang Bawa Spirit Piala Uber

Thailand Open 2024, Ester dan Komang Bawa Spirit Piala Uber

Badminton
Bali United Vs Persib: Hodak Ogah Lihat Masa Lalu, Ujian Angin Kencang

Bali United Vs Persib: Hodak Ogah Lihat Masa Lalu, Ujian Angin Kencang

Liga Indonesia
Patrick Cutrone Bawa Como Promosi, Kelahiran Kembali Titisan Inzaghi

Patrick Cutrone Bawa Como Promosi, Kelahiran Kembali Titisan Inzaghi

Liga Italia
Indra Sjafri Buka Kans Pemain Keturunan Perkuat Timnas U20 Indonesia

Indra Sjafri Buka Kans Pemain Keturunan Perkuat Timnas U20 Indonesia

Timnas Indonesia
Madura United Vs Borneo FC: Sape Kerrab Ogah Terbuai Memori Indah

Madura United Vs Borneo FC: Sape Kerrab Ogah Terbuai Memori Indah

Liga Indonesia
Skenario Man City dan Arsenal Juara Liga Inggris, Selisih Gol Bisa Menentukan

Skenario Man City dan Arsenal Juara Liga Inggris, Selisih Gol Bisa Menentukan

Liga Inggris
Bali United Vs Persib: Optimisme Hodak di Tengah Bayangan Rekor Buruk

Bali United Vs Persib: Optimisme Hodak di Tengah Bayangan Rekor Buruk

Liga Indonesia
Demi Juara Liga Inggris, Pemain Arsenal Rela Jadi Suporter Tottenham

Demi Juara Liga Inggris, Pemain Arsenal Rela Jadi Suporter Tottenham

Liga Inggris
Tekad Satoru Mochizuki Tingkatkan Performa Timnas U17 Putri Indonesia

Tekad Satoru Mochizuki Tingkatkan Performa Timnas U17 Putri Indonesia

Timnas Indonesia
Arsenal Cetak Sejarah, Lampaui Rekor 'The Invincibles' Pimpinan Wenger

Arsenal Cetak Sejarah, Lampaui Rekor "The Invincibles" Pimpinan Wenger

Liga Inggris
Bologna ke Liga Champions, Sejarah Motta, Fondasi Mihajlovic

Bologna ke Liga Champions, Sejarah Motta, Fondasi Mihajlovic

Liga Italia
Timnas Indonesia Pantang Remehkan Filipina, Pemain U23 Jangan Kecil Hati

Timnas Indonesia Pantang Remehkan Filipina, Pemain U23 Jangan Kecil Hati

Timnas Indonesia
Klasemen Proliga 2024, Jakarta STIN BIN No 1 Putra, Popsivo Polwan Belum Terkalahkan

Klasemen Proliga 2024, Jakarta STIN BIN No 1 Putra, Popsivo Polwan Belum Terkalahkan

Sports
Piala Asia U17 Putri 2024 Bukan Titik Akhir, Garuda Pertiwi Mau Terus Belajar

Piala Asia U17 Putri 2024 Bukan Titik Akhir, Garuda Pertiwi Mau Terus Belajar

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com