"Banyak yang aneh saat itu. Di sini manusia berubah. Ferry Sonneville adalah teman, guru, dan sahabat saya. Akan tetapi, setelah jadi 'orang', dia lupa semuanya," kata Tan Joe Hok.
Baca juga: Ketum PBSI Agung Firman Sampurna Ingin Rebut Kembali Supremasi Bulu Tangkis Indonesia
Tan Joe Hok kemudian melanjutkan cerita sambil melihat foto yang mengabadikan momen keberhasilan Indonesia merengkuh Piala Thomas 1984.
"Kalau lihat (foto) ini, kadang-kadang saya bisa menangis. Ini prosesnya, untuk dapat piala, merebut dari genggaman RRT, yang pada 1982 diambil mereka, dan 1984 kami bawa kembali, itu prosesnya tidak gampang," ungkap Tan Joe Hok.
"Saya sangat patuh dengan prosedur, semua harus direncakan, dirundingkan, dan setelah mencapai kata sepakat, laksanakan," imbuh dia.
"Namun, ketika itu lucu. Pemain sudah kami putuskan, tinggal mencari satu lagi yaitu pemain cadangan. Ada lima kandidat, semua sama baik, semua ada kekurangan. Jadi, yang paling bijak untuk menentukan pemain kedelapan ya dengan seleksi."
Baca juga: Bulu Tangkis Myanmar Diklaim Kian Berkembang Setelah Rekrut Pelatih Indonesia
"Kami bawa ke forum, rapat di PBSI. Kami kemukakan bahwa paling baik adalah mereka diseleksi. Ya keluar SK (Surat Keputusan), laksanakan," tutur Tan Joe Hok.
"Akan tetapi, baru berjalan dua kali seleksi, Bung Ferry datang dan mengatakan, 'Tidak perlu seleksi!'," ujar Tan Joe Hok sambil menirukan perkataan Ferry Sonneville.
Menurut Tan Joe Hok, Ferry bersikap demikian karena tidak terima dengan hasil seleksi ketika itu.
"Dia tidak terima karena Hadiyanto menang dua kali. Dia ga terima. Setelah itu, pemain berontak, tidak mau main semua. Ya, KONI kalang kabut. Itu satu contoh," tutur Tan Joe Hok menjelaskan.
"Maka dari itu saya bilang, manusia berubah. Di situ lah saya bilang, 'bulu tangkis kotor', saya buka saja di sini."
"Saya tidak pandang agamanya apa, sukunya apa, karena saya orang Indonesia. Orang berpikir lain, ini (skuad Thomas Cup 1984) hampir semua keturunan, yang tidak hanya Icuk Sugiarto."
Baca juga: Jatuh Hati dengan Bulu Tangkis, Mohammad Ahsan Belum Mau Pensiun Usai Olimpiade
"Adanya begitu, kenapa harus dipermasalahkan? Saya pilih yang terbaik untuk mewakili Indonesia. Saya tidak pilih yang terbaik untuk RRT, sama sekali tidak," tegas Tan Joe Hok.
Selain itu, Tan Joe Hok mengungkapkan polemik seputar kesejahteraan atlet.
"Bukan itu saja, justru teman baik saya, yang sama-sama kami berjuang dari kecil sampai dewasa, Bung Ferry, membuat banyak pemain sulit masuk TC karena adanya private contract (dengan sponsor)," ucap Tan Joe Hok.
"Namun, itu (private contract) langsung diputus Bung Ferry dan rekan-rekannya. Dia bilang, 'Tidak lagi ada private contract, harus collective contract'."