Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Deteksi Siklon Tropis Ewiniar di Sekitar Indonesia, Berlangsung sampai Kapan?

Kompas.com - 27/05/2024, 15:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi kemunculan siklon tropis Ewiniar di sekitar wilayah Indonesia.

Hal tersebut diumumkan BMKG melalui akun Instagram resminya @infobmkg, Minggu (26/5/2024).

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, siklon tropis Ewiniar terdeteksi di Laut Filipina pada koordinat 15,8 derajat lintang utara dan 122,8 derajat bujur timur.

Pengamatan BMKG menunjukkan, siklon tropis Ewiniar memiliki tekanan 985 hPa dan masuk kategori tiga.

“Sekitar 1.420 kilometer sebelah barat laut-utara Tahuna,” ujar Guswanto saat dihubungi Kompas.com, Senin (27/5/2024).

Baca juga: BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di Jawa Tengah 11-20 Mei 2024, Ini Wilayahnya

Penyebab siklon tropis

Guswanto menjelaskan, siklon tropis Ewiniar memiliki kekuatan 65 knots atau sekitar 120 kilometer per jam.

Siklon tropis tersebut bergerak menuju timur laut dengan kecepatan 5 knots atau sekitar 4 kilometer per jam dan menjauhi wilayah Indonesia.

Guswanto menerangkan, siklon tropis tumbuh di perairan di sekitar daerah tropis, terutama yang memiliki suhu muka laut yang hangat.

Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembentukan siklon tropis, yakni:

  • Suhu permukaan laut sekurang-kurangnya 26,5 derajat Celsius hingga ke kedalaman 60 meter
  • Kondisi atmosfer tidak stabil yang memungkinkan terbentuknya awan Cumulonimbus
  • Awan-awan tersebut yang merupakan awan-awan guntur dan menjadi penanda wilayah konvektif kuat, penting dalam perkembangan siklon tropis
  • Atmosfer yang relatif lembap di ketinggian sekitar 5 kilometer. Ketinggian ini merupakan atmosfer paras menengah yang apabila dalam keadaan kering tidak dapat mendukung bagi perkembangan aktivitas badai guntur di dalam siklon
  • Berada pada jarak setidaknya 500 kilometer dari khatulistiwa. Meskipun memungkinkan, siklon jarang terbentuk di dekat ekuator
  • Gangguan atmosfer di dekat permukaan Bumi berupa angin yang berpusar yang disertai dengan pumpunan angin
  • Perubahan kondisi angin terhadap ketinggian tidak terlalu besar. Perubahan kondisi angin yang besar akan mengacaukan proses perkembangan badai guntur.

Baca juga: BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Sampai kapan siklon tropis Ewiniar berlangsung?

Guswanto menyampaikan, kecepatan angin maksimum pada siklon tropis Ewiniar diperkirakan meningkat dalam 24 jam ke depan, namun masih masuk kategori tiga.

Ia menambahkan, siklon tropis tersebut bergerak ke arah utara-timur laut menjauhi Indonesia.

Menurut perkiraan BMKG hingga Selasa (28/5/2024), siklon tropis Ewiniar akan bergerak dengan kecepatan 13 knots atau sekitar 25 kilometer per jam.

Siklon Tropis Ewiniar tidak memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap cuaca di Indonesia dalam 24 jam ke depan

“Kekuatan 70 knots (130 kilometer/jam), tekanan 875 hPa,” pungkas Guswanto.

Baca juga: Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kesaksian Warga Palestina yang Diikat di Kap Mobil dan Dijadikan Tameng oleh Tentara Israel

Kesaksian Warga Palestina yang Diikat di Kap Mobil dan Dijadikan Tameng oleh Tentara Israel

Tren
Ethiopia Selangkah Lagi Miliki Proyek Bendungan PLTA Terbesar di Afrika

Ethiopia Selangkah Lagi Miliki Proyek Bendungan PLTA Terbesar di Afrika

Tren
Jet Tempur Israel Serang Klinik di Gaza, Runtuhkan Salah Satu Pilar Kesehatan Palestina

Jet Tempur Israel Serang Klinik di Gaza, Runtuhkan Salah Satu Pilar Kesehatan Palestina

Tren
Sama-sama Baik untuk Pencernaan, Apa Beda Prebiotik dan Probiotik?

Sama-sama Baik untuk Pencernaan, Apa Beda Prebiotik dan Probiotik?

Tren
Dilirik Korsel, Bagaimana Nasib Timnas Indonesia jika Ditinggal STY?

Dilirik Korsel, Bagaimana Nasib Timnas Indonesia jika Ditinggal STY?

Tren
Ramai soal Siswi SMAN 8 Medan Tak Naik Kelas, Ini Penjelasan Polisi, Kepsek, dan Disdik

Ramai soal Siswi SMAN 8 Medan Tak Naik Kelas, Ini Penjelasan Polisi, Kepsek, dan Disdik

Tren
Perang Balon Berlanjut, Kini Korut Kirimkan Hello Kitty dan Cacing ke Korsel

Perang Balon Berlanjut, Kini Korut Kirimkan Hello Kitty dan Cacing ke Korsel

Tren
Perjalanan Kasus Karen Agustiawan, Eks Dirut Pertamina yang Rugikan Negara Rp 1,8 T

Perjalanan Kasus Karen Agustiawan, Eks Dirut Pertamina yang Rugikan Negara Rp 1,8 T

Tren
Ini Kronologi dan Motif Anak Bunuh Ayah Kandung di Jakarta Timur

Ini Kronologi dan Motif Anak Bunuh Ayah Kandung di Jakarta Timur

Tren
Pasangan Haji Meninggal Dunia, Jalan Kaki Berjam-jam di Cuaca Panas dan Sempat Hilang

Pasangan Haji Meninggal Dunia, Jalan Kaki Berjam-jam di Cuaca Panas dan Sempat Hilang

Tren
Kata Media Asing soal PDN Diserang 'Ransomware', Soroti Lemahnya Perlindungan Siber Pemerintah Indonesia

Kata Media Asing soal PDN Diserang "Ransomware", Soroti Lemahnya Perlindungan Siber Pemerintah Indonesia

Tren
Populasi Thailand Turun Imbas Resesi Seks, Warga Pilih Adopsi Kucing

Populasi Thailand Turun Imbas Resesi Seks, Warga Pilih Adopsi Kucing

Tren
Kisah Nenek Berusia 105 Tahun Raih Gelar Master dari Stanford, Kuliah sejak Perang Dunia II

Kisah Nenek Berusia 105 Tahun Raih Gelar Master dari Stanford, Kuliah sejak Perang Dunia II

Tren
Kronologi dan Kejanggalan Kematian Afif Maulana Menurut LBH Padang

Kronologi dan Kejanggalan Kematian Afif Maulana Menurut LBH Padang

Tren
7 Fakta Konser di Tangerang Membara, Vendor Rugi Rp 600 Juta, Ketua Panitia Diburu Polisi

7 Fakta Konser di Tangerang Membara, Vendor Rugi Rp 600 Juta, Ketua Panitia Diburu Polisi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com