KOMPAS.com - Fobia adalah ketakutan terhadap situasi atau objek tertentu yang tidak proporsional dengan realitas obyektif, dan mengganggu kehidupan seseorang.
Kebanyakan fobia pada dasarnya menunjukkan karakteristik yang sama, dan hanya berbeda pada fokus atau obyek ketakutannya.
Ciri-ciri umumnya antara lain menghindari situasi atau objek yang ditakuti, cemas atau pikiran negatif, peningkatan detak jantung, pelebaran pupil, dan bernapas cepat.
Baca juga: 5 Fobia Paling Aneh di Dunia, Ada Rasa Takut terhadap Toilet
Fobia adalah salah satu jenis gangguan kecemasan yang menyebabkan seseorang mengalami ketakutan ekstrem dan tidak rasional terhadap suatu situasi, makhluk hidup, tempat, atau objek, menurut laman Medical News Today.
Istilah “fobia” sering digunakan untuk merujuk pada ketakutan terhadap satu pemicu tertentu, yang bisa berbeda-beda pada setiap orang.
Ada tiga jenis fobia yang diakui oleh American Psychiatric Association (APA), yaitu:
Baca juga: Jangan Sampai Salah, Ini Perbedaan antara Fobia dan Rasa Takut
Dilansir dari laman Live Science, teori yang umum mengenai penyebab fobia adalah bahwa fobia ‘dipelajari’ pada periode perkembangan penting, biasanya di awal kehidupan.
Kebanyakan fobia pertama kali muncul di masa kanak-kanak. Ini mungkin berasal dari pengalaman buruk di masa itu.
Meski kebanyakan orang dengan fobia tidak dapat melaporkan pengalaman traumatis tertentu.
Teori psikodinamik, pertama kali direnungkan oleh psikolog Sigmund Freud, menyatakan bahwa banyak perilaku dan ketakutan dapat dikaitkan dengan pengalaman di masa kanak-kanak.
Dalam kasus-kasus yang sangat traumatis, ingatan akan peristiwa-peristiwa awal kehidupan ini dapat ditekan, dan dapat berakhir menjadi fobia di kemudian hari.
Baca juga: Mengenal Globofobia, Rasa Takut Berlebihan terhadap Balon, Berikut Gejalanya
Namun, beberapa ahli berpendapat lain karena tidak adanya bukti kuat dan persuasif untuk teori tersebut.
Di mana meskipun ingatan yang ditekan mungkin berperan dalam perkembangan penyakit fobia bagi sebagian orang, namun hal ini tidak berlaku bagi sebagian besar orang.
Seseorang tidak harus memiliki pengalaman negatif untuk mengembangkan fobia. Mereka dapat melihat pengalaman buruk orang lain, hingga diberi tahu atau diperlihatkan berulang kali bahwa ada sesuatu yang berbahaya.
Seiring waktu, pembelajaran ini mungkin menyebabkan ketakutan yang secara budaya berpusat pada hewan, objek, atau situasi tertentu.
Baca juga: Awas, Fobia Bisa Menurun pada Anak, Kenali Cara Pencegahannya
Dalam pendapat lain, beberapa psikolog berpendapat bahwa ketakutan dan kekhawatiran tertentu mungkin sebenarnya merupakan bawaan seseorang.
Di mana secara genetik seseorang cenderung takut pada hal-hal tertentu dan pengalaman belajar yang negatif tidak diperlukan untuk mendapatkannya.
Fobia dan perasaan cemas bahkan bisa diturunkan dalam keluarga. Penelitian pada 2017 menemukan bahwa gangguan kecemasan umum sekitar 30 persen diturunkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.