KOMPAS.com - Perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Quito, Ekuador, memastikan kondisi negara di Amerika Selatan itu membaik pascakerusuhan yang terjadi sejak Minggu (7/1/2024).
Kerusuhan yang disebabkan gembong narkoba Adolfo Macias kabur dari tahanan itu membuat geng pimpinannya Los Choneros menyerang penjara, stasiun televisi, serta lingkungan sekitar penduduk.
Duta Besar Indonesia untuk Ekuador, Agung Kurniadi mengungkapkan, kondisi Ekuador kini mulai membaik setelah pemerintah menetapkan keadaan darurat nasional selama 60 hari, per Senin (8/1/2024).
"Tiga hari pasca-ditetapkan darurat nasional, situasi keamanan segera berangsur membaik. Ketakutan mulai mereda," ujarn Agung, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (12/1/2024) malam.
Tak hanya itu, dia memastikan kondisi 48 warga negara Indonesia (WNI) yang ada di Ekuador juga baik-baik saja.
Baca juga: Ekuador Darurat Nasional, Bagaimana Kondisi WNI?
Dubes Agung menjelaskan, situasi ibu kota Quito di Ekuador juga mulai lebih tenang. Mal dan toko pinggir jalan, katanya, buka kembali dengan jam kerja normal, pada Jumat (12/1/2024).
"Sehari sebelumnya (Kamis (11/1/2024)), mereka hanya buka hingga pukul 16.00 (waktu setempat)," lanjut dia.
Menurut dia, situasi di ibu kota Quito relatif lebih tenang dibanding dengan Guayaquil yang berjarak hampir 500 km dari pusat negara terebut.
Kota Guayaquil sempat mengalami ketegangan akibat pasukan bersenjata menyerang salah satu stasiun televisi di sana dan menyekap para awak media yang tengah melakukan siaran langsung.
"Di Guayaquil, masyarakat umumnya masih wait and see, kendati supermarket dan kafe terlihat ada pengunjung. Bus sudah lalu lalang namun hanya terisi beberapa penumpang," tambah Agung.
Sementara itu, dia menyatakan pemerintah Ekuador juga membuat kebijakan pelajar dan mahasiswa belajar di rumah hingga akhir pekan ini. Kebijakan tersebut menurutnya dapat membantu meredakan ketegangan di sana.
Baca juga: Kabur dari Penjara dan Picu Ketegangan di Ekuador, Siapa Adolfo Macias?
Diberitakan BBC (12/1/2024), diperkirakan 178 petugas penjara masih disandera oleh geng tersebut di penjara Ambato, Ekuador.
Polisi baru memberi tahu anggota keluarga bahwa mereka sedang menunggu perintah untuk masuk penjara. Namun, seorang anggota keluarga mengaku belum melihat pergerakan dari polisi selama berhari-hari.
Terlepas dari ketegangan yang masih dirasakan, beberapa penduduk Ekuador memaksakan diri untuk kembali bekerja setelah tidak mendapat penghasilan selama dua hari terakhir.