Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Kepemimpinan Ideal 2024 untuk Generasi Produktif

Kompas.com - 29/12/2023, 09:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TAHUN 2023 ini meninggalkan banyak kisah untuk kita refleksikan. Tahun ini adalah tahun di mana kita tidak lagi merasakan pandemi.

Aktivitas ekonomi mulai kembali menuju normal. Kita juga merasakan lagi senangnya bertemu orang-orang untuk mengembangkan berbagai ide untuk kemajuan masa depan.

Beberapa kejadian lain pada tahun ini membuat dunia sangat bergejolak. Konflik Israel dan Palestina saat ini membuat banyak orang marah.

Selain itu, peperangan antara Ukraina dan Rusia yang belum menunjukkan penyelesaian akhir. Dua konflik ini menyadarkan kita bahwa dunia masih belum baik-baik saja.

Namun di sisi lain, pada tahun ini, banyak inovasi muncul ke permukaan, khususnya di bidang kecerdasan buatan. ChatGPT menjadi tajuk utama pembicaraan berbagai pihak, mulai dari pebisnis hingga pendidik.

Kita mulai melihat bagaimana ChatGPT mendisrupsi banyak aktivitas personal dan profesional. Dari ChatGPT, gelombang inovasi dan rasa kompetitif bermunculan untuk membuat aplikasi tandingan.

Pada segi kehidupan profesional, pada 2023 merupakan masa penyesuaian untuk mengombinasikan cara kerja hybrid. Awal tahun, ada banyak perusahaan yang kembali menerapkan kembali work from office.

Data dari PwC menunjukkan 62 persen pekerja di Indonesia mulai bekerja di kantor. Seiring berjalannya waktu, banyak pekerja yang mulai terbiasa bekerja hybrid.

Perusahaan meresponnya dengan mengeluarkan kebijakan bekerja hybrid. Seperti di Belgia, 33,9 persen pekerjanya setidaknya akan bekerja satu hari dari rumah.

Secara garis besar, menurut survei dari IPSOS, 53 persen masyarakat global merasa tahun ini adalah tahun yang buruk buat mereka dan 70 persen menganggap 2023 adalah tahun yang buruk bagi negaranya.

Meskipun begitu, masyarakat dunia, termasuk Indonesia, menyambut positif kedatangan tahun 2024. Menurut riset dari IPSOS, 70 persen masyarakat memandang tahun depan akan lebih baik dari sebelumnya.

Hal ini tentu menunjukkan adanya optimisme masa depan yang lebih baik dari banyak sisi.

Saya yakin, pada 2024, kita akan menemukan banyak kejutan lainnya yang berdampak pada banyak aspek. Oleh karena itu, kita harus memutuskan sekarang juga figur pemimpin seperti apa yang kita butuhkan pada 2024 dan selanjutnya.

Kita sudah melalui banyak fenomena pada 2023 yang membuat kita bisa menilai gaya dan karakter pemimpin untuk beberapa tahun mendatang. Terlebih pada 2024, kita akan menghadapi berbagai masalah yang lebih kompleks dari tahun-tahun sebelumnya.

Prediksi masa depan

Banyak lembaga serta para ahli telah membuat prediksi apa yang akan terjadi pada 2024. Sebagian besar memiliki prediksi yang positif, walaupun beberapa ada yang memiliki skenario negatif.

Dari segi teknologi, kita akan melihat kecerdasan buatan terus berkembang penggunaannya, terutama di sektor bisnis.

Menurut data dari Forrester tahun 2023 tentang kecerdasan buatan, 62 persen perusahaan sedang bereksperimen (29 persen) atau melakukan ekspansi (33 persen) dengan AI generatif.

CISCO, salah satu perusahaan teknologi juga memprediksi bahwa pada 2024, AI akan mengalami perkembangan yang pesat.

Liz Cantoni, wakil presiden dari CISCO mengungkapkan bahwa AI akan mengantarkan kita kepada, “a once-in-a-generation shift...opening vast new opportunities and transforming industries, modes of operation, and career paths.”

Optimisme ini mengindikasikan bahwa 2024 merupakan tahun di mana semakin banyak penelitian dan pengembangan AI untuk kepentingan praktis.

Perkembangan AI akan memiliki dampak yang cukup besar pada lapangan pekerjaan. Tahun 2030, menurut McKinsey, perusahaan yang mengadopsi AI generatif bisa mengurangi sepertiga (30 persen) jam kerja karyawan.

World Economic Forum (WEF) pada studinya memprediksi pada 2027 akan terdapat 26 juta lebih sedikit pekerjaan di bidang pembukuan, sekretaris eksekutif, administrasi, dan bidang pekerjaan serupa.

Prediksi lainnya yang tidak kalah penting adalah tentang pola kerja. Karyawan saat ini menginginkan pola kerja fleksibel.

Menurut riset dari Robert Half tahun 2022 lalu, 62 persen pekerja mengatakan akan tetap bekerja dengan gaji lebih rendah jika mereka memiliki pilihan kerja yang fleksibel.

Riset dari Logitech tahun 2023 juga mengungkapkan bahwa 62 persen karyawan Indonesia lebih memilih bekerja secara hybrid.

Artinya, kerja fleksibel pada 2024 dan selanjutnya akan tetap bertahan. Terlebih, demografi pekerja saat ini mulai didominasi oleh generasi Z.

Menurut Merza Gamal, Praktisi Perbankan Syariah & Pengkaji Sosial Ekonomi Islami, generasi Z mencari pekerjaan yang memiliki nilai, memungkinkan lingkungan kerja yang fleksibel, adil, dan terbuka terhadap perubahan.

Prediksi terakhir adalah tentang perubahan iklim. Pada 2024, suhu rata-rata global bisa melewati ambang batas 1,5 derajat celcius. Kenaikan tersebut hanya sementara.

Meskipun sementara, tetapi kita semua jadi lebih sadar bahwa temperatur global dapat melewati ambang batas kapan saja.

Menurut survei dari Ilumate Asia, 93 persen rakyat Indonesia khawatir tentang dampak isu ini. Survei dari Allianz tahun 2023 yang mensurvei masyarakat di Brasil, Britania Raya, Jerman, Amerika Serikat, India, Italia, Perancis, dan Tiongkok juga menemukan bahwa 76,8 persen khawatir tentang perubahan iklim.

Peluang dan tantangan bagi pemimpin Indonesia

Bermacam-macam prediksi pada 2024 sebenarnya bisa menjadi peluang bagi pemimpin untuk membuat banyak gebrakan di organisasinya, khususnya di Indonesia.

Semakin ke sini, kita membutuhkan lebih banyak figur pemimpin yang mampu mengubah tantangan menjadi peluang.

Peluang di sini konteksnya adalah bagaimana pemimpin membuat kebijakan yang menyasar langsung permasalahan, ataupun menciptakan budaya yang mendorong kerja-kerja inovatif di organisasinya.

Bukan hanya tata kata, terjebak pada perumusan wacana dan terjebak hanya dalam fase perencanaan. Bangsa ini perlu lebih banyak eksekutor sebagai lokomotif perubahan di akar rumput.

Dari segi perubahan cara kerja, pemimpin dapat menciptakan budaya yang ideal agar anggota yang bekerja hybrid dan office bisa bekerja sama dengan baik.

Dilansir dari Gallup, anggota yang bekerja hybrid memiliki tingkat engagement yang lebih tinggi, kesejahteraan yang lebih baik, dan lebih sedikit turnover.

Bloom et al. (2023) menemukan bahwa bekerja hybrid mengurangi tingkat gesekan antarpekerja di perusahaan sebesar 33 persen.

Manfat dari bekerja hybrid disadari oleh pemimpin itu sendiri. Dalam The CMO Survey 2023, para pemimpin percaya diri dalam mendorong produktivitas tim melalui kerja jarak jauh dan kerja kantor langsung, dengan 50 persen melaporkan tidak ada perubahan pada tingkat produktivitas pekerja.

Sebanyak 57 persen pemimpin pemasaran bekerja dari rumah setidaknya beberapa kali. Tinggal bagaimana pemimpin membuat sistem yang ideal agar hybrid work bisa bekerja optimal.

Bekerja secara fleksibel memang disukai oleh anak muda. Menurut survei The Deloitte Global tahun 2022, sebanyak 63 persen generasi Z dan 62 persen milenial lebih suka pola kerja yang fleksibel, kombinasi antara bekerja di kantor dan di rumah.

Bahkan, menurut Deloitte 2023, sebanyak 77 persen generasi Z dan 75 persen milenial akan mempertimbangkan untuk mencari pekerjaan baru jika perusahaan menuntut mereka bekerja full-time di kantor.

Fakta ini membuktikan bekerja hybrid akan menjadi favorit bagi para pekerja, yang mau tidak mau harus dipenuhi oleh perusahaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com