Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal LignoSat, Satelit Kayu Pertama yang Akan Diluncurkan Jepang dan NASA

Kompas.com - 21/11/2023, 08:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - NASA dan Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA) berencana meluncurkan satelit kayu pertama ke luar angkasa.

Peluncuran ini merupakan bagian dari upaya untuk menjadikan penerbangan luar angkasa lebih berkelanjutan.

LignoSat, satelit seukuran cangkir kopi yang terbuat dari kayu magnolia, akan diluncurkan ke orbit Bumi pada musim panas 2024, dikutip dari Live Science.

Diketahui, kayu tidak akan terbakar atau membusuk di ruang hampa udara yang tak bernyawa. Namun, kayu akan terbakar menjadi abu halus saat masuk kembali ke atmosfer.

Ini menjadikannya sebagai bahan yang sangat berguna dan dapat terbiodegradasi untuk satelit masa depan.

Baca juga: Ilmuwan Menduga Spesies Manusia Purba Mungkin Masih Ada di Pulau Flores

Tentang LignoSat

Dikutip dari Space, proyek satelit kayu LignoSat dimulai pada April 2020, sebagai kolaborasi antara Kyoto University dan Sumitomo Forestry.

"Kami ingin melihat apakah kami dapat secara akurat memperkirakan dampak lingkungan dari kondisi orbit Bumi rendah (LEO) yang keras terhadap bahan organik," kata kepala penelitian kayu luar angkasa, Koji Murata.

Untuk menguji efek tersebut, sebuah panel kecil berisi tiga sampel kayu berbeda diluncurkan ke ISS.

Tiga kayu itu masing-masing berjenis magnolia, cherry, dan birch.

Kayu tersebut disimpan di Modul Kibo Eksperimental Jepang dan diekspos ke luar angkasa selama sepuluh bulan pada 2022.

Panel kayu tersebut diambil oleh astronot JAXA Koichi Wakata dan kembali ke Bumi dengan pesawat ruang angkasa kargo CRS-26 milik SpaceX pada Januari 2023.

Baca juga: Masalah Sampah Kian Parah, Ilmuwan Temukan Semut Terjerat Plastik untuk Pertama Kalinya

Kayu magnolia

Para peneliti memilih kayu magnolia karena kecil kemungkinannya pecah atau pecah selama pembuatan.

Selain itu, kayu magnolia juga memiliki kemampuan kerja yang relatif tinggi dengan stabilitas dimensi dan kekuatan keseluruhan.

Jika kayu benar-benar menjadi alternatif yang layak untuk manufaktur satelit, kayu tersebut memiliki beberapa potensi manfaat dibandingkan dengan paduan logam biasa yang digunakan dalam konstruksi saat ini.

Pertama, ini lebih ramah lingkungan secara keseluruhan.

Kedua, kayu lebih mudah, lebih murah, dan lebih bersih untuk diproduksi, serta lebih mudah dibuang jika menyangkut masa pakai satelit yang sudah habis.

Ketika mengalami deorbit, satelit dan komponen-komponen yang menyusunnya biasanya terbakar sebagian besar, bahkan seluruhnya di atmosfer Bumi.

Bagian-bagian yang tidak terbakar akan dideorbitkan secara strategis untuk dibuang ke wilayah-wilayah terpencil di lautan.

Baca juga: Mengenal Asteroid Bennu yang Berhasil Dibawa NASA ke Bumi, Tempuh 3 Tahun Perjalanan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena 'Salah Asuhan', Ini Kata Ahli

Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena "Salah Asuhan", Ini Kata Ahli

Tren
Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Tren
Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Tren
Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com