KOMPAS.com - Seorang pembawa radio di Filipina ditembak mati saat siaran langsung di studionya, Minggu (5/11/2023).
Peristiwa pembunuhan tersebut disaksikan oleh orang-orang yang menonton program siaran langsungnya melalui Facebook.
Persatuan Jurnalis Nasional Filipina (NUJP) mengatakan, penyiar Juan Jumalon (57) yang juga dikenal sebagai DJ Johnny Walker itu ditembak oleh orang tak dikenal.
"Serangan ini bahkan lebih terkutuk karena terjadi di rumah Jumalon sendiri yang juga berfungsi sebagai stasiun radio," ujar NUJP, dikutip dari CNN, Senin (6/11/2023).
Menurut NUJP, Jumalon adalah pekerja media keempat yang terbunuh sejak Presiden Ferdinand Marcos Jr berkuasa 2022 lalu.
Dia juga tercatat sebagai jurnalis ke-199 yang dibunuh di negara tersebut sejak 1986, saat demokrasi kembali berkuasa setelah pemberontakan yang menggulingkan diktator Ferdinand Marcos, ayah presiden saat ini.
Baca juga: 5 Fakta Baru Kasus Pembunuhan Subang Setelah Pelaku Menyerahkan Diri
Pria bersenjata yang merupakan pelaku pembunuhan berhasil masuk ke studio Jumalon di Kota Calamba, Provinsi Misamis Occidental dengan berpura-pura menjadi pendengar.
Sebuah video penyerangan menunjukkan, Jumalon berhenti sejenak dan melihat ke atas, sebelum suara tembakan terdengar.
Kepolisian menerangkan, pelaku menembaknya dua kali selama siaran langsung pada Minggu pagi.
Jumalon pun merosot ke kursi saat musik latar diputar serta dinyatakan meninggal dunia selama perjalanan ke rumah sakit.
Diberitakan Guardian, Minggu, penyerang merampas kalung emas korban sebelum melarikan diri dengan sepeda motor bersama temannya yang telah menunggu di luar.
Saat ini, polisi melakukan investigasi untuk mengidentifikasi pria bersenjata tersebut. Pihak berwajib pun tengah memastikan apakah serangan itu berkaitan dengan pekerjaan korban.
Baca juga: Kisah Nyata Dokumenter Netflix The Devil on Trial, Pembunuhan karena Kesurupan
Filipina telah lama dianggap sebagai salah satu tempat paling berbahaya di dunia bagi jurnalis, termasuk penyiar.
Negara ini memiliki lingkungan media salah satu paling liberal di Asia, tetapi tetap menjadi salah satu tempat paling berbahaya pula bagi wartawan, terutama daerah.
Menurut Indeks Impunitas Global 2023 yang dirilis Komite Perlindungan Jurnalis pekan ini, Filipina juga menduduki peringkat kedelapan sebagai tempat terburuk untuk perundungan jurnalis.
Bahkan, pada 2009, anggota klan politik menembak mati 58 orang, termasuk 32 pekerja media dalam sebuah serangan di Provinsi Maguindanao.
Peristiwa tersebut merupakan salah satu serangan paling mematikan terhadap jurnalis dalam sejarah.
Menanggapi kasus pembunuhan tersebut, Presiden Marcos mengutuk keras dan memerintahkan kepolisian untuk melacak, menangkap, dan mengadili para pembunuh.
"Serangan terhadap jurnalis tidak akan ditoleransi dalam demokrasi kita dan mereka yang mengancam kebebasan pers akan menghadapi konsekuensi penuh atas tindakan mereka," ungkap Marcos, Minggu.
Baca juga: Perawat di Inggris Dinyatakan Bersalah Lakukan Pembunuhan Berantai 7 Bayi, Ini Kronologinya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.