Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Air dan Eksodus Warga Palestina Usai Israel Akan Gempur Gaza

Kompas.com - 15/10/2023, 19:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Israel terus mengempur Jalur Gaza memasuki hari ke-8 perang setelah sebelumnya kelompok Hamas melancarkan serangan pada Sabtu (7/10/2023).

Serangan Israel tak hanya meluluhlantakan bangunan dan menewaskan sekitar 3.000-an orang, namun juga menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya krisis air bersih.

Menurut Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Palestina, air menjadi masalah hidup dan mati bagi warga Gaza saat ini.

Kekhawatiran tersebut muncul setelah Israel memutus suplai air dan listrik di wilayah Gaza.

Baca juga: Israel Disebut Pakai Fosfor Putih Saat Bombardir Gaza, Senjata Apa Itu?

Dua juta orang dalam bahaya

Dampak dari blokade dan serangan Israel, Badan Pengungsi Palestina PBB (UNRWA) mengatakan, sekitar dua juta orang berada dalam bahaya karena persediaan air terancam habis.

UNRWA mengatakan, tidak ada bantuan yang diperbolehkan masuk ke Gaza selama seminggu terakhir setelah Israel menyerang.

"Ini telah menjadi masalah hidup dan mati," ujar Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, dikutip dari Al Jazeera.

Menurut Lazzarini, meskipun dalam kondisi perang, namun pasokan bahan bakar dan air harus segera dikirim untuk menyelamatkan nasib dua juta warga di Gaza. 

Baca juga: Sepekan Ketegangan Hamas-Israel, 6.000 Bom Diledakkan di Gaza, Seruan Penghentian Perang Terus Menggema

Warga Gaza terpaksa pakai air kotor

Krisis air yang terjadi di Gaza membuat warga setempat terpaksa menggunakan air kotor dari sumur. Namun, hal ini berisiko mendatangkan penyakit yang ditularkan melalui air.

Ketersediaan air di Gaza semakin menipis karena pabrik dan jaringan air berhenti beroperasi.

Pemutusan sambungan listrik di Gaza yang terjadi pada Rabu (11/10/2023) juga menyebabkan pasokan air terdampak.

Melihat ketersediaan air di Gaza yang serba terbatas, Lazzarini mendesak agar suplai bahan bakar ke Gaza segera dibuka.

Hal tersebut, menurut Lazzarini, menjadi solusi supaya warga setempat mendapatkan air yang layak.

Ia mengkhawatirkan potensi terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan yang dialami anak-anak, orangtua, dan perempuan bila ketersediaan air tidak tercukupi.

"Air kini menjadi satu-satunya penyelamat terakhir. Saya memohon agar pengepungan terhadap bantuan kemanusiaan segera dicabut," ujarnya.

Baca juga: Israel Sebut Pengepungan Gaza Baru Saja Dimulai, Hamas Siap Skenario Perang Panjang

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com