Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Krisis Air dan Eksodus Warga Palestina Usai Israel Akan Gempur Gaza

KOMPAS.com - Israel terus mengempur Jalur Gaza memasuki hari ke-8 perang setelah sebelumnya kelompok Hamas melancarkan serangan pada Sabtu (7/10/2023).

Serangan Israel tak hanya meluluhlantakan bangunan dan menewaskan sekitar 3.000-an orang, namun juga menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya krisis air bersih.

Menurut Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Palestina, air menjadi masalah hidup dan mati bagi warga Gaza saat ini.

Kekhawatiran tersebut muncul setelah Israel memutus suplai air dan listrik di wilayah Gaza.

Dua juta orang dalam bahaya

Dampak dari blokade dan serangan Israel, Badan Pengungsi Palestina PBB (UNRWA) mengatakan, sekitar dua juta orang berada dalam bahaya karena persediaan air terancam habis.

UNRWA mengatakan, tidak ada bantuan yang diperbolehkan masuk ke Gaza selama seminggu terakhir setelah Israel menyerang.

"Ini telah menjadi masalah hidup dan mati," ujar Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, dikutip dari Al Jazeera.

Menurut Lazzarini, meskipun dalam kondisi perang, namun pasokan bahan bakar dan air harus segera dikirim untuk menyelamatkan nasib dua juta warga di Gaza. 

Warga Gaza terpaksa pakai air kotor

Krisis air yang terjadi di Gaza membuat warga setempat terpaksa menggunakan air kotor dari sumur. Namun, hal ini berisiko mendatangkan penyakit yang ditularkan melalui air.

Ketersediaan air di Gaza semakin menipis karena pabrik dan jaringan air berhenti beroperasi.

Pemutusan sambungan listrik di Gaza yang terjadi pada Rabu (11/10/2023) juga menyebabkan pasokan air terdampak.

Melihat ketersediaan air di Gaza yang serba terbatas, Lazzarini mendesak agar suplai bahan bakar ke Gaza segera dibuka.

Hal tersebut, menurut Lazzarini, menjadi solusi supaya warga setempat mendapatkan air yang layak.

Ia mengkhawatirkan potensi terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan yang dialami anak-anak, orangtua, dan perempuan bila ketersediaan air tidak tercukupi.

"Air kini menjadi satu-satunya penyelamat terakhir. Saya memohon agar pengepungan terhadap bantuan kemanusiaan segera dicabut," ujarnya.

Serangan Israel secara bertubi-tubi mendorong warga Gaza melarikan diri ke tempat yang aman.

Israel sudah mengeluarkan ultimatum bagi warga yang berada di sisi utara Gaza untuk mengungsi menuju sisi selatan wilayah ini pada Jumat (13/10/2023)

Pemberitahuan tersebut disampaikan Israel yang berencana menggempur Hamas. Israel juga menyebutkan, Gaza utara bakal menjadi zona perang.

Namun, warga setempat mengatakan bahwa tidak ada satupun tempat yang aman bagi mereka untuk berlindung.

Menurut warga Gaza bernama Ahmed al-Saadi yang mengungsi bersama keluarganya, mereka sempat berlindung di sebuah sekolah milik PBB.

Tetapi, mereka tetap dibayangi marabahaya karena sekolah yang dijadikan tempat perlindungan justru terkena serangan udara Israel.

"Beberapa orang terbunuh. Jika sekolah tidak aman, lalu ke mana kami harus pergi? Ke mana seluruh penduduk dapat mencari tempat aman?" katanya dikutip dari Al Jazeera.

Israel serang kendaraan warga

Meksipun Israel meminta warga untuk mengungsi dari Gaza utara menuju bagian selatan wilayah ini.

Namun, dilaporkan tentara Israel menyerang dua truk dan sebuah mobil di tiga titik yang berbeda di Salah al-Din dan al-Rashid menggunakan jet tempur.

Padahal, kendaraan-kendaraan tersebut sedang membawa warga menuju bagian Gaza selatan.

Akibat serangan udara Israel, 70 warga tewas yang sebagian besar terdiri dari perempuan dan anak-anak.

Kantor media pemerintah Gaza juga mengatakan, lebih dari 200 orang mengalami luka-luka.

Warga teringat dengan peristiwa Nakba

Seorang pria dari keluarga Gharbawi mengatakan, dirinya bersama 20 kerabat dan anggota dari keluarga Abu Ali mengikuti permintaan Israel untuk mengungsi ke Gaza selatan.

Namun, ketika di perjalanan, Israel justru menyerang rombongan mereka yang menyebabkan ia jatuh pingsan dan pengungsi lainnya terbunuh dan terluka.

Ia menyampaikan, Israel juga menyerang mobil ambulans yang datang untuk membantu korban.

"Saya berlindung di balik tembok. Saya bersumpah, ada serangan udara ketiga. Seolah-olah mereka ingin membunuh semua wanita dan anak-anak," tuturnya.

Gencarnya Israel membombardir Gaza mengingatkan warga setempat terhadap peristiwa Nakba atau bencana pada 1948.

Pada saat itu, milisi dan tentara Israel yang baru dibentuk menghancurkan lebih dari 500 desa dan kota di Palestina.

Akibatnya, ribuan orang terbunuh dan sekitar 750.000 orang Palestina terusir dari tanahnya sendiri dan terpaksa mengungsi.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/15/193000765/krisis-air-dan-eksodus-warga-palestina-usai-israel-akan-gempur-gaza

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke