Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Pengaruh Lagu Es Lilin terhadap Kalbu Musik

Kompas.com - 02/10/2023, 15:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEJAUH jangkauan daya ingat saya, pada masa kanak-kanak ada beberapa lagu yang sangat berpengaruh terhadap kalbu musik saya. Satu di antaranya adalah Es Lilin.

Melodi lagu Es Lilin secara konsekuen dan konsisten digubah dengan menggunakan pentatonik 13467 yang di wilayah musik tradisional Sunda dikenal sebagai sorog.

Tanpa saya sadari pentatonik Sunda begitu berpengaruh terhadap kalbu musik diri saya yang sebenarnya dilahirkan bukan di Jawa Barat, namun di Bali dan tumbuh-kembang di Jawa Tengah dengan lingkungan skala pentatonik 13457.

Terbukti komposisi untuk pianoforte berjudul Fragmen saya gubah bukan dengan pancanada 13457, namun 13467 yang kemudian juga saya gunakan pada bagian ke dua Sonata Sekar Setaman, Fantasia Arum Dalu maupun Untuk Ayla “Degung”.

Bersama Jubing pada gitar, Juned pada perkusi dan Heru pada bas di Grup Kwartet Punakawan, saya sempat menggebrak panggung Goethe Institute, Esplanade Singapura sampai Sydney Opera House dengan improvisasi Es Lilin.

Adalah mahaguru filsafat musik Jawa saja, Ki Nartosabdho yang mencipta Gambang Suling secara indah melebur pentatonik 13457 dengan 13467 menjadi satu sinergi mahakarya musik tiada dua di marcapada.

Dalam perjalanan waktu menjelajah semesta musik, saya tersadarkan atas fakta kultural bahwa ternyata pentatonik 13467 juga dikenal di Jepang sebagai pentatonik “in”, semisal pada lagu anak-anak Jepang ke seantero dunia dengan judul “Sakura Sakura”.

Sementara ini, saya masih bereksperimen pemikiran arkeologis tentang kemungkinan keterkaitan pancanada Sunda dengan pentatonik Jepang melalui proses pembangunan candi Borobudur di lembah Merapi.

Spekulasi tafsir arkeologis tersebut muncul dari indikasi bahwa ternyata pentatonik 13467 juga digunakan pada beberapa jenis musik klasik India seperti Gunkali, Raga Salanganata maupun Karnataka Shuddha Saveri mirip pentatonik “in” Jepang maupun pancanada sorog Sunda.

Bahkan skala 13467 dengan gerak harmonik paralel kuint dan kuart musik tradisional Sunda juga melintas benua demi ditemukan pada musik tradisional masyarakat pegunungan Andes, Amerika Selatan, semisal pada lagu Machulas Kantu yang di-youtubekan oleh kelompok pemusik rakyat Bolivia Manta di album Winayataqui dengan pelafalan terkesan mirip bahasa Sansekerta.

Segenap fakta kebudayaan tersebut merupakan bukti prinsipial bahwa pada hakikatnya melalui jalur semesta peradaban, sukma pentatonik 13467 Sunda telah mengglobalkan diri ke segenap pelosok planet bumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com