KOMPAS.com - Ikan adalah kelompok vertebrata dengan ukuran beragam, mulai dari yang kecil seperti ikan teri hingga raksasa seperti ikan hiu dan ikan paus.
Namun, sebuah studi menunjukkan, beberapa ukuran ikan di lautan semakin mengecil seiring dengan hangatnya habitat mereka.
Misalnya, seperti dilansir The Conversation, Selasa (20/6/2023), spesies ikan komersial di Laut Utara telah menyusut sekitar 16 persen dalam waktu 40 tahun hingga 2008.
Sementara itu, dalam kurun waktu yang sama, suhu air laut meningkat sebesar 1-2 derajat Celsius.
Tren penyusutan ini diperkirakan akan memperburuk dampak pemanasan global terhadap ekosistem secara signifikan.
Baca juga: Bolehkah Makan Ikan Hias seperti Dory dalam Finding Nemo?
Dikutip dari ABC News, Selasa (20/6/2023), air yang lebih hangat memicu penyusutan ukuran tubuh ikan.
Teori paling populer saat ini menyatakan, kondisi tersebut dapat terjadi lantaran ketidaksesuaian antara jumlah oksigen yang dibutuhkan dengan jumlah yang dapat diperoleh.
Ikan memerlukan oksigen untuk mempertahankan metabolisme tubuhnya. Namun, jumlah oksigen yang dapat diperoleh melalui insang tidak mencapai angka tersebut.
Jika ikan mencapai ukuran tubuh tertentu, insangnya hanya dapat menyuplai oksigen yang cukup untuk menjaga tubuhnya tetap berenang, sehingga tidak ada oksigen tersisa untuk pertumbuhan.
Dilansir dari The Guardian, Kamis (7/9/2023), meski paling umum terjadi pada ikan, penyusutan juga dialami beberapa tumbuhan dan spesies invertebrata atau hewan tanpa tulang belakang.
Temuan tersebut disimpulkan dalam jurnal Science, setelah peneliti dari 17 universitas di dunia mengumpulkan data dari 4.292 mamalia, invertebrata, tumbuhan, ikan, amfibi, dan reptil.
"Dalam beberapa spesies, individu menjadi semakin kecil. Dan spesies yang lebih besar akan digantikan oleh spesies yang lebih kecil ketika mereka menghilang," ujar peneliti utama dari York University, Ines Martins.
"Tren ini paling jelas terlihat pada ikan, di mana kami melihat bukti adanya penyusutan ukuran tubuh," lanjutnya.
Sementara itu, untuk organisme lain, data yang tersedia lebih sedikit, sehingga peneliti tidak benar-benar melihat perubahan apa pun dari rata-rata ukuran tubuh.
Baca juga: Ikan Kakatua Diimbau Tak Dimakan karena Berisiko, Apa Akibatnya?