Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini 51 Tahun Lalu Kecelakaan British European Airways Tewaskan 118 Orang, Pesawat seperti Batu Jatuh dari Langit

Kompas.com - 18/06/2023, 06:15 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – 51 tahun lalu, atau tepatnya pada 18 Juni 1972 , pesawat British European Airways (BEA) jatuh setelah lepas landas dari Bandara Heathrow London, Inggris.

Akibatnya, semua penumpang dan awak pesawat di penerbangan yang berjumlah 118 orang, tewas.

Penyebab kecelakaan diyakini karena kesalahan co-pilot yang kurang berpengalaman sehingga menyebabkan kesalahan fatal yang berujung pada kecelakaan.

Saat itu, seharusnya penerbangan itu membawa semua penumpang ke Brussel, Belgia.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Garuda Indonesia Jatuh di Jepang, 3 Orang Tewas


Kronologi kecelakaan

Dikutip dari History, semua tampak berjalan lancar seperti biasa pada 18 Juni 1972 di Bandara Heathrow.

Padahal menjelang musim panas 1972, terdapat masalah serius yang dihadapi industri penerbangan.

Maraknya pembajakan pesawat dan pilot membuat dunia penerbangan menjadi target yang sangat rentan karena mereka paling sering menanggung beban kekerasan.

Penerbangan BEA yang menuju Brussel itu pun dipenuhi penumpang dan kondisi cuaca saat itu cukup baik. Pesawat dengan tipe Jet Trident 1 itu lepas landas tanpa adanya kendala.

Namun, tepat setelah rodanya ditarik, pesawat tiba-tiba jatuh dari udara yang mengagetkan semua orang di dalamnya.

Pesawat pun langsung membentur tanah dengan keras hingga badan pesawat terbelah dan muncul ledakan besar.

Ledakan besar yang tidak dapat dihindarkan itu berasal dari pasokan bahan bakar, yang sukses menghamburkan isi pesawat.

Hanya dua dari 118 penumpang dan awak kapal yang dapat ditarik dari puing kecelakaan hidup-hidup. Namun keduanya kemudian meninggal hanya beberapa jam setelahnya.

Baca juga: Gara-gara Telat Mendarat 10 menit, Pesawat di Jepang Harus Terbang 16 Jam dari Normalnya Hanya 2 Jam

Hasil penyelidikan

Diberitakan Harian Kompas, 21 Juni 1972, hasil penyelidikan tape recorder pesawat menunjukkan, alat kemudi otomatis telah mengurangi kecepatan sebelum pesawat mencapai kekuatan cukup untuk terbang.

Bersamaan dengan itu, bagian belakang sayap yang dilengkungkan ke bawah untuk menambah gaya angkat pesawat justru diangkat lebih cepat.

Sehingga hal itu menyebabkan pesawat kehilangan keseimbangan dan jatuh seperti batu dari langit.

Pilot saat itu sempat mengambil alih kemudi otomatis, tapi sudah terlambat karena ketinggian pesawat tak memungkinkannya untuk melakukan manuver.

Diketahui bahwa co-pilot pesawat yang melakukan kesalahan tersebut hingga menyebabkan kecelakaan yang menewaskan 118 orang itu.

Sementara, pemberitaan Harian Kompas, 24 Juni 1972 menyebutkan, co-pilot dalam penerbangan tersebut baru berusia 21 tahun dan beberapa bulan baru lulus dari sekolah penerbangan.

Penyelidikan lain menunjukkan bahwa pesawat tersebut juga kelebihan muatan atau muatannya tidak didistribusikan dengan benar.

Baca juga: Kisah Pesawat Jatuh Usai Kopilot Putus dari Pacarnya, Semua Penumpang Tewas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Ini Alasan Pertamina Tidak Menaikkan Harga BBM Mei 2024

Ini Alasan Pertamina Tidak Menaikkan Harga BBM Mei 2024

Tren
Beredar Dugaan Penyalahgunaan Dana KIP Kuliah Undip, Status Penerima Bisa Dicabut

Beredar Dugaan Penyalahgunaan Dana KIP Kuliah Undip, Status Penerima Bisa Dicabut

Tren
Profil Wasit di Laga Indonesia Vs Irak, Sivakorn Pu-Udom Akan Jadi Asisten VAR

Profil Wasit di Laga Indonesia Vs Irak, Sivakorn Pu-Udom Akan Jadi Asisten VAR

Tren
Perbandingan Harga BBM Pertamina, Shell, dan BP AKR per 1 Mei 2024

Perbandingan Harga BBM Pertamina, Shell, dan BP AKR per 1 Mei 2024

Tren
Melihat Tiga Jenis Artefak Indonesia Peninggalan Majapahit yang Dikembalikan AS

Melihat Tiga Jenis Artefak Indonesia Peninggalan Majapahit yang Dikembalikan AS

Tren
Sumur Tua Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di Jerman, Simpan 'Harta Karun'

Sumur Tua Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di Jerman, Simpan 'Harta Karun'

Tren
Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Bandung, Ini Daerah yang Merasakan

Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Bandung, Ini Daerah yang Merasakan

Tren
Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Tren
Berapa Kali BPJS Kesehatan Bisa Digunakan untuk Mengakses Layanan Rumah Sakit dalam Sehari?

Berapa Kali BPJS Kesehatan Bisa Digunakan untuk Mengakses Layanan Rumah Sakit dalam Sehari?

Tren
Mengintip Surat Terakhir George Mallory, Ditulis 100 Tahun Lalu Sebelum 'Ditelan' Everest

Mengintip Surat Terakhir George Mallory, Ditulis 100 Tahun Lalu Sebelum "Ditelan" Everest

Tren
Resmi, Inilah Harga BBM Pertamina per 1 Mei 2024

Resmi, Inilah Harga BBM Pertamina per 1 Mei 2024

Tren
Kisah Petugas Kebersihan Pesawat Jadi Pilot di Nigeria, Penantian 24 Tahun Terwujud

Kisah Petugas Kebersihan Pesawat Jadi Pilot di Nigeria, Penantian 24 Tahun Terwujud

Tren
Menakar Peluang Indonesia Vs Irak pada Perebutan Peringkat Ketiga Piala Asia U23 2024...

Menakar Peluang Indonesia Vs Irak pada Perebutan Peringkat Ketiga Piala Asia U23 2024...

Tren
Amankah Berolahraga Saat Perut Kosong? Kenali Potensi Risikonya Berikut Ini

Amankah Berolahraga Saat Perut Kosong? Kenali Potensi Risikonya Berikut Ini

Tren
Arab Saudi Dilanda Hujan Lebat, Banjir Menerjang Madinah

Arab Saudi Dilanda Hujan Lebat, Banjir Menerjang Madinah

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com