Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menggugat Teori Agresi Konrad Lorenz

Kompas.com - 11/05/2023, 19:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BERKAT terpengaruh teori agresi gagasan etolog Austria, Konrad Lorenz yang pada 1973 memperoleh anugerah Nobel, saya sempat yakin bahwa manusia alias jenis primata yang disebut sebagai homo sapiens merupakan satu-satunya mahluk hidup yang tega membunuh sesama mahluk sesama jenis.

Semula saya percaya kebenaran teori Konrad Lorenz berkat saya melihat fakta kucing memang tidak membunuh sesama kucing, tetapi tikus, meski jarang tikus membunuh kucing kecuali sang tikus jauh lebih besar ukuran tubuhnya ketimbang sang kucing.

Namun setelah saya melihat bagaimana seekor anjing jantan dewasa ganas membunuh seekor anak anjing yang tak berdaya melawan, maka mulai pupus keyakinan saya terhadap teori agresi Konrad Lorenz.

Apalagi saya sempat melihat rekaman video adu anjing bullterier di mana dua ekor anjing sejenis ras saling ganas menggigit sampai satu di antaranya mati.

Juga kemudian saya teringat pada masa kanak-kanak pernah melihat dengan mata di kepala saya sendiri bagaimana sekelompok semut hitam yang hidup di halaman depan rumah saya mendadak berduyun-duyun atas kehendak diri sendiri menyerbu ke kawasan belakang rumah ayah untuk berperang dan saling membunuh dengan semut hitam sejenis.

Berarti naluri saling membunuh sesama jenis bukan monopoli manusia seperti yang diteorikan oleh Konrad Lorenz.

Pada kenyataan memang sejak 1973, etologi secara perpetuum mobile terus menerus tanpa henti berkembang.

Misalnya, hasil riset myrmekologi (perlu khusus ditegaskan terminologi myrmekologi bukan gagasan saya seperti kelirumologi atau humorologi atau andaikatamologi tetapi gagasan para zoolog yang melakukan riset terhadap semut) berkembang luar biasa pesat sehingga untuk sementara ini menggugat keyakinan Konrad Lorenz tentang perilaku saling membunuh antar sesama mahluk hidup adalah mononoli manusia.

Dari hasil riset myrmekologi yang konsisten dan konsekuen dilakukan oleh Eduard O.Wilson sebagai professor emeritus Univesitas Harvard yang dua kali menerima Anugerah Pulitzer, dapat disimpulkan bahwa pada hasil observasi organoleptik amatiran pada masa kanak-kanak saya agak lebih benar ketimbang teori agresi Konrad Lorenz.

Menurut Prof. Wilson, mahluk hidup yang paling agresif saling membunuh antara sesama jenis adalah semut dan justru yang berjenis kelamin betina. Dapat dimengerti bahwa Lorenz beda dari Wilson karena yang diteliti Lorenz bukan semut, tetapi bebek.

Bagi yang tidak percaya terhadap naskah sederhana tulisan saya ini silakan baca sendiri buku legendaris tulisan Prof. Edward O. Wilson yang berjudul “Tales From The Ant World”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com