Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warganet Keluhkan Makanan di Tempat Wisata Mahal, Ini Tanggapan Kemenparekraf

Kompas.com - 30/04/2023, 15:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan yang menyebut harga makanan di tempat wisata mahal ramai dibicarakan di media sosial Twitter.

Unggahan tersebut dibagikan oleh akun Twitter ini pada Rabu (26/4/2023). Pengunggah juga menyertakan video seorang pembeli yang menunjukkan nota harga makanan yang ia beli.

"Orang baik kaget liat harga jajanan di Puncak mahal," tulis pengunggah melalui akun tersebut.

Dalam video yang dibagikan, seorang pembeli makanan di sebuah warung makan kawasan Puncak terlihat menunjukan daftar harga makanan yang dibelinya. Berikut isi nota tersebut:

  • 1 nasi goreng ayam: Rp 35.000
  • 2 kopi hitam: Rp 30.000
  • 1 Indomie rebus telur: Rp 25.000
  • 1 teh tawar panas: Rp 7.000
  • Total: Rp 97.000

"Info terkini, habis makan di Puncak. Ini warungnya, guys. Hati-hati ya. Kopi 15 ribu, Indomie 25. Gokil gokil gokil," kata wanita dalam video tersebut.

Hingga Minggu (30/4/2023), unggahan tersebut telah tayang sebanyak 429.000 kali, disukai 1.053 pengguna Twitter, dan di-retweet 125 kali.

Lalu, mengapa harga makanan di tempat wisata cenderung mahal dan apa solusinya?

Baca juga: 5 Destinasi Wisata Kuliner di Indonesia yang Wajib Dicoba


Alasan harga makanan di tempat wisata mahal

Pengamat Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Gajah Mada (UGM), Eddy Junarsin mengungkapkan bahwa paling tidak ada dua alasan utama harga makanan di tempat wisata seperti kawasan Puncak, Bogor mahal.

"Sederhananya karena biaya sewa dan juga elastitas permintaan yang lebih rendah," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (28/4/2023).

Ia menjelaskan, elastisitas permintaan yang lebih rendah maksudnya adalah saat orang yang berwisata lapar dan tidak banyak pilihan tempat makan atau menu makanan, maka orang tersebut rela membayar lebih tinggi daripada harga biasanya.

Menurut Eddy, biaya sewa lapak di tempat wisata tidak selalu mahal. Ini menunjukkan bahwa harga makanan mahal tidak selalu karena sewa tempatnya yang mahal.

"Artinya ada biaya sewa yang harus di-cover juga oleh pedagang di tempat wisata," lanjutnya.

Selain dua alasan itu, ada juga alasan-alasan tambahan. Contohnya, kurangnya pembeli sehingga setiap kali ada pembeli harus dikenakan harga lebih tinggi. Lalu, lokasi tempat wisata tertentu tidak mudah dijangkau sehingga biaya angkut mungkin cukup tinggi.

Di sisi lain, Eddy tidak menyangkal jika para pedagang menaikkan harga makanan untuk mendapatkan keuntungan lebih besar saat tempat wisata banyak dikunjungi wisatawan.

"Itu sih tentunya alasan semua pedagang, tidak hanya yang di tempat wisata," tambahnya.

Baca juga: 5 Ide Wisata Puncak Bogor untuk Nikmati Akhir Pekan

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com