KOMPAS.com - Ketupat menjadi salah satu makanan yang wajib hadir di meja makan setiap lebaran atau hari raya Idul Fitri.
Ketupat adalah jenis makanan yang dibuat dari beras dan dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa yang telah dibentuk seperti kantong, lalu dimasak.
Lantas, mengapa ketupat identik dengan Idul Fitri?
Kepala Pusat Unggulan Iptek Javanologi Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta Sahid Teguh Widodo mengatakan, kebudayaan Jawa sarat akan berbagai simbol.
Baca juga: Kerap Jadi Santapan Lebaran, Bagaimana Sejarah Ketupat?
Salah satu di antara simbol-simbol tersebut adalah kehadiran ketupat atau kupat dan lepet ketika hari raya Idul Fitri.
"Kalau kupat sendiri itu kereta basa (bakronim) dari ngaku lepat (mengaku salah)," kata Sahid kepada Kompas.com, Selasa (18/4/2023).
"Sementara lepet itu mengendalikan hawa nafsu, artinya kita setelah ngaku lepat, harus berbuat baik," sambungnya.
Baca juga: Jika Lebaran Sabtu, Bolehkah Jumat Ikut Tidak Berpuasa?
Ia menjelaskan, ketupat juga merupakan bentuk komunikasi sosial untuk mengatasi persoalan-persoalan di lingkup keluarga atau tetangga.
Sebab, orang Indonesia biasanya selalu berfikir lateral, yaitu menyelesaikan sesuatu dengan makan dan minum bersama.
"Salah satu yang masih kita temui hari ini ya tradisi ketupat tadi, apa pun masalahnya diselesaikan di atas meja sambil makan-makan dan memaafkan," jelas dia.
Baca juga: INFOGRAFIK: Nasi, Ketupat, Lontong, Mana yang Lebih Sehat?
Menurutnya, simbol-simbol tersebut hadir sejak orang Jawa mengenal literasi Islam secara baik dari para wali dan saudagar Islam.
Karena itu, beberapa ahli menganggap tradisi ketupat ini sudah ada sejak zaman Wali Songo yang hadir bersama wayang dan modifikasi-modifikasi kesenian lain.
Tujuannya adalah untuk menyebarkan agama Islam di Jawa.
Dalam masyarakat Jawa, juga mengenal tradisi Lebaran Ketupat yang jatuh satu minggu setelah Idul Fitri (8 Syawal).
Baca juga: Melihat Makna Ketupat sebagai Fenomena Kebudayaan Indonesia...
Dikutip dari Kompaspedia, tradisi Lebaran ketupat ini diselenggarakan setelah umat Islam menyelesaikan puasa Syawal selama 6 hari.
Dalam sejarahnya, Lebaran Ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kali Jaga yang memperkenalkan dua istilah lebaran (bakda), yakni Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.
Pada hari itu, masyarakat Musim Jawa umumnya membuat ketupat. Setelahnya, ketupat akan diantarkan ke kerabat terdekat dan mereka yang lebih tua.
Ini sebagai simbol kebersamaan dan lambang kasih sayang.
Baca juga: Serba-serbi Ketupat: Sejarah, Cara Membuat, dan Tips agar Tak Cepat Basi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.