KOMPAS.com - Hari ini 50 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 22 Januari 1973, terjadi kecelakaan pesawat yang menewaskan 180 orang.
Sebuah pesawat sewaan yang membawa pulang jemaah haji asal Nigeria dari Mekkah, tergelincir dan terbakar di bandara di Kano, Nigeria.
Insiden yang menewaskan 180 penumpang tersebut, menjadikan kecelakaan pesawat itu sebagai salah satu bencana udara terburuk dalam sejarah.
Baca juga: Mengapa Sering Terjadi Kecelakaan Pesawat di Nepal?
Dilansir dari laman Kanoonline, pesawat milik Alia Royal Jordanian Airways tersebut berangkat dari Jeddah dengan tujuan bandara Murtala Muhammed Airport, Lagos.
Cuaca buruk di Lagos memaksa pilot untuk mengalihkan pendaratan ke bandara Kano. Nahasnya, setelah mendarat, kaki roda gigi utama sebelah kanan roboh ketika menabrak tepi landasan pacu.
Pesawat lalu berbelok 180 derajat, kemudian tergelincir dari sisi landasan pacu dan terbakar.
Baca juga: 6 Kecelakaan Pesawat Boeing dalam 10 Tahun Terakhir
Diberitakan The New York Times (23/1/1973), pesawat sewaan tersebut berjenis Boeing 707 milik Alia Royal Jordanian Airways yang disewa oleh Nigeria Airways.
Maskapai tersebut merupakan salah satu dari beberapa maskapai yang digunakan untuk mengangkut Muslim Nigeria yang melakukan perjalanan ke Mekkah pada tahun tersebut.
Kecelakaan itu disaksikan oleh orang banyak yang berada di tempat kejadian dan terkejut melihat peristiwa tersebut.
Sejumlah saksi melaporkan bahwa banyak orang melompat dari pintu keluar darurat dan terjebak dalam kobaran api di sekitar mereka.
“Itu pemandangan yang menyedihkan dan mengerikan,” kata seorang pekerja bandara, dikutip dari The New York Times (23/1/2022).
Total dari 202 penumpang, 180 tewas dan 22 lainnya berhasil selamat. Di antara penumpang yang selamat adalah pilot dan beberapa awak.
Pesawat itu jatuh setelah terbang sekitar 2.100 mil dari Jeddah, dekat Mekkah.
Di Amman, juru bicara maskapai Yordania mengidentifikasi pilot sebagai orang Amerika, Kapten John Waterman.
Pilot tersebut mengatakan kepada maskapai bahwa dia dan tujuh awak lainnya termasuk yang selamat.
Ratusan tentara, polisi, dan relawan membantu jalannya evakuasi dan mengendalikan masa yang mendatangi lokasi kejadian