KOMPAS.com - Hari ini, Jumat (13/1/2023), pas dengan julukan Friday the 13th, tanggal menarik yang setidaknya terjadi sekali dalam setahun dalam kalender Gregorian.
Kebanyakan orang menganggap Friday the 13th adalah tanggal sial.
Beberapa orang yang percaya akan melakukan segala tindakan yang dinilai bisa mencegah diri sendiri dari kesialan. Seperti dengan tidak memecahkan cermin, tidak berjalan di bawah tangga, atau tidak menyeberang di depan kucing hitam.
"Keistimewaan" hari Jumat tanggal 13 juga ada dalam versi film, berjudul Friday the 13th, yang mengisahkan seorang pembunuh berdarah dingin.
Lalu, bagaimana sejarah dan asal muasal Friday the 13th yang dicap sebagai tanggal sial?
Dikutip dari History (10/8/2021), tidak jelas bagaimana asal-usul Friday the 13th dianggap sebagai tanggal sial.
Beberapa mengatakan asal muasal Friday the 13th adalah dari Kode Hammurabi kuno, yakni salah satu kode hukum tertua (ditulis pada 1700-an SM). Di situ, dilaporkan tidak mencantumkan hukum ke-13.
Namun kenyataannya, hal itu sebenarnya hanya kesalahan yang dilakukan oleh salah satu penerjemah yang menghilangkan satu baris teks.
Cerita lain, dulunya orang-orang budaya barat secara historis mengaitkan angka 12 dengan kelengkapan, contoh mulai dari 12 bulan dalam kalender atau 12 hari Natal, hingga 12 dewa Olympus.
Tapi angka atau tanggal 13, memiliki catatan panjang tentang nasib buruk.
Baca juga: Asal Muasal Tradisi Cap Go Meh, Dirayakan 15 Hari Setelah Imlek
Takhayul semacam itu telah bertahan bahkan di antara para pemikir terbesar dalam sejarah.
Pemilihan hari Jumat yang dianggap sebagai hari sial juga memiliki penjelasan tersendiri.
Asosiasi negatif yang dikaitkan dengan hari Jumat secara khusus memiliki kombinasi asal-usul agama dan budaya.
Beberapa orang Kristen percaya hari Jumat menjadi hari sial karena itu adalah hari dalam seminggu di mana Yesus disalibkan.
Pada abad ke-14 dan ke-15, tokoh dan penulis terkemuka mulai mencela hari itu di depan umum dengan sedikit konteks mengenai alasannya.