Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Solstis 22 Desember, Ini Fakta dan Mitosnya

Kompas.com - 22/12/2022, 10:00 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fenomena Solstis terjadi pada hari ini, Kamis (22/12/2022).

Solstis adalah fenomena astronomi yang membuat penduduk Bumi merasakan siang dan malam dalam durasi paling panjang.

Fenomena yang juga dikenal titik balik matahari ini terjadi tiap dua kali dalam setahun, yakni pada Juni dan Desember.

Meski begitu, tidak sedikit informasi yang menduga fenomena Solstis menjadi tanda akhir dunia, dan lainnya.

Baca juga: Hari Ini Ada Fenomena Solstis 22 Desember, Apakah Berbahaya?

Berikut sederet fakta-mitos terkait Solstis.

Fakta dan mitos soal Solstis

Ilustrasi fenomena Solstis. Penampakan Belahan Bumi saat terjadinya fenomena solstis atau Titik Balik Matahari. Dampak Solstis, perubahan musim, mempengaruhi iklim dan perubahan panjang siang dan malam.SHUTTERSTOCK/SN VFX Ilustrasi fenomena Solstis. Penampakan Belahan Bumi saat terjadinya fenomena solstis atau Titik Balik Matahari. Dampak Solstis, perubahan musim, mempengaruhi iklim dan perubahan panjang siang dan malam.

1. Solstis datangkan bencana

Sebelumnya, beredar isu di media sosial yang menyebutkan bahwa fenomena Solstis menjadi penyebab terjadinya beberapa bencana alam di belahan Bumi.

Kabar tersebut kemudian ramai dan meminta orang-orang untuk tidak keluar rumah.

Faktanya, Solstis merupakan fenomena astronomi alami biasa yang tidak berbahaya.

Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Nasional (Orpa/Lapan) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan, informasi solstis bisa memicu bencana tersebut adalah kabar palsu atau mitos belaka.

"Dampak Solstis bagi manusia tentu tidak berbahaya. Imbauan untuk tidak keluar rumah adalah narasi disinformasi," ujar Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi pangerang Hasanuddin kepada Kompas.com, Kamis (22/12/2022).

2. Tanda akhir zaman

Selain itu, beredar informasi yang menarasikan fenomena Solstis menjadi tanda akhir zaman.

Hal itu tersebar di media sosial sejak tahun 2020.

"Sekitar 10.000 SM, akhir Zaman Es, hal yg sebaliknya terjadi: Solstis Juni terjadi di pusat galaksi. Bbrp teks kuno mengisahkan perubahan besar, kehancuran peradaban besar akibat tsunami & perubahan geologis memicu migrasi. Negeri yg ditinggalkan terpecah, berpulau-pulau," tulis pengunggah dalam twitnya.

Menanggapi hal itu, Andi menjelaskan bahwa Solstis bukanlah sebagai pertanda terjadi akhir zaman.

"Solstis adalah fenomena murni astronomis yang memengaruhi iklim dan musim di Bumi," kata Andi.

Baca juga: Apa Itu Fenomena Solstis 21 Desember, Penyebabnya, dan Dampaknya?

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com