Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Globalisasi Laskar Pelangi Lewat Sepak Bola

Kompas.com - 21/12/2022, 06:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENYIMAK fakta kontemporer bahwa begitu banyak pesepakbola timnas, apalagi klub sepakbola masa kini terdiri dari beranekaragam ras pada hakikatnya merupakan bukti tak terbantahkan bahwa telah terjadi proses globalisasi laskar pelangi lewat sepakbola.

Pada abad XXI berbagai ras secara Bhinneka Tunggal Ika saling melebur demi membentuk laskar pelangi sepakbola.

Bahwa kakek-nenek moyang Kylian Mbappe berasal dari Kamerun dan Aljazair terbukti sama sekali tidak menghalangi sang superhero menerima gelar Sepatu Emas Piala Dunia 2022 sebagai pahlawan sepakbola bukan Kamerun, bukan Aljazair, tetapi Perancis.

Tanpa peran serta para pesepakbolawan keturunan Afrika, mustahil Perancis bisa menjadi juara dunia.

Dari namanya saja, sang gelandang andalan klub Royal Antwerp, Belgia, yaitu Radja Nainggolan sudah dapat diyakini bukan merupakan keturunan Belgia, namun Indonesia .

Para tokoh legendaris timnas Belanda seperti John Heitinga, Nigel de Jong, dan Ruud Gullit ketiganya adalah warga Belanda keturunan Indonesia.

Bukayo Saka sebagai pencetak gol pertama untuk Inggris pada Piala Dunia 2022 adalah
keturunan suku Yaruba, Nigeria, Afrika.

Fakta bahwa para pelatih timnas Indonesia berasal dari Jerman, Belanda, Austria, Skotlandia, Brasil, Korsel juga merupakan satu di antara sekian banyak bukti proses globalisasi laskar pelangi lewat sepakbola.

Namun proses globalisasi tersebut relatif terbatas pada timnas negara Eropa karena para timnas Asia, semisal Korea Selatan, Iran, Arab Saudi, masih bertumpu pada pemain domestik ketimbang asing.

Anggota kesebelasan nasional Samurai Biru seratus persen pribumi Jepang meski sang penjaga gawang yang menghadang Jerman dan Spanyol adalah juga pribumi, tetapi campuran ayah Amerika dengan ibu Jepang, maka menyandang nama terkesan bukan Jepang, yaitu Daniel Schmidt.

Terkesan oleh kedahsyatan Jepang menaklukkan juara dunia empat kali, Jerman dan sekali juara dunia, Spanyol pada Piala Dunia 2022 maka Indonesia terkesima dan ingin banyak belajar dari Jepang agar bisa lolos babak prakualifikasi untuk ikut berlaga pada Piala Dunia 2026 di Meksiko, Kanada, dan Amerika Serikat.

Namun sampai dengan saat naskah ini ditulis, belum diketahui apakah Indonesia akan meniru Jepang dalam menyusun kesebelasan yang murni pribumi sehingga mampu mengalahkan para juara dunia atau meniru Perancis dalam membentuk laskar pelangi terdiri dari aneka ragam ras sehingga berhasil dua kali nyaris tiga kali menjuarai Piala Dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com