Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus PMK Menyebar, Berikut Cara Mencegah Sapi dan Kambing Ternak Terinfeksi

Kompas.com - 02/06/2022, 20:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) merebak pada hewan ternak di berbagai wilayah Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.

Dikutip dari Kompas.com, Kamis (2/6/2022), di Kabupaten Bandung bahkan sebanyak 1.276 ekor hewan ternak berkaki empat sudah terkena PMK.

Adapun di Lombok Timur kasus mencapai 7.488 ekor.

Penyakit mulut dan kuku (PMK) juga dikenal sebagai Foot and Mouth Disease (FMD). Jenis penyakit ini disebabkan dari virus tipe A dari keluarga Picornaviridae, genus Apthovirus yakni Aphtaee epizootecae.

Lantas apa yang harus dilakukan agar hewan ternak tidak terkena PMK?

Baca juga: MUI Siapkan Panduan untuk Antisipasi Hewan Kurban Terkena PMK

Cara mencegah virus PMK pada sapi dan kambing

Dikutip dari laman DKPP Jawa Barat, terdapat sejumlah hal yang bisa dilakukan untuk mencegah agar hewan ternak baik sapi maupun kambing tidak terkena PMK.

Cara untuk mencegah penularan PMK tersebut di antaranya adalah melakukan biosekuriti barang, kandang, karyawan peternakan, tamu kunjungan, kendaraan, dan ternak.

Adapun cara mencegah menularan virus PMK sapi dan kambing dengan biosekuriti barang yakni:

  1. Disposal: pemusnahan barang-barang yang terkontaminasi.
  2. Dekontaminasi: semua barang yang masuk kendang perlu disanitasi dengan melakukan desinfeksi, fumigasi atau disinari lampu ultra violet.

Selanjutnya yakni biosekuriti kandang yang meliputi:

  1. Melakukan desinfeksi kandang dan peralatan secara berkala setelah selesai dipakai.
  2. Melakukan desinfeksi lingkungan sekitar kandang secara berkala.
  3. Melakukan dekontaminasi yakni: mencuci kandang, peralatan, kendaraan, dan bahan-bahan lain yang memungkinkan bisa menularkan PMK dengan deterjen atau disinfektan.

Adapun cara mencegah penyebaran PMK selanjutnya yakni biosekuriti pada karyawan peternakan yang meliputi:

  1. Karyawan wajib masuk ke ruang semprot disinfektan.
  2. Karyawan yang masuk kadang harus ganti baju lengkap dengan seragam (APD), sepatu boot, dan masker.

Baca juga: Banyak Ditemukan Sapi Suspek PMK, Pasar Hewan di Banyumas Ditutup 2 Minggu

Sedangkan biosekuriti tamu kunjungan yakni meliputi:

  1. Tamu yang masuk ke kandang harus ganti baju lengkap dengan seragam lengkap (APD), sepatu boot, dan masker.
  2. Tamu masuk ke kandang melalui biosecurity spraying dan harus melakukan celup kaki dan cuci tangan di tempat disinfektan kandang

Untuk biosekuriti kendaraan yang perlu dilakukan yakni menyemprot ban dan bagian bawah kendaraan memakai larutan disinfektan atau melalui bak dipping kendaraan.

Sementara untuk biosekuriti ternak yang perlu dilakukan yakni:

  1. Setiap ternak yang baru masuk ke lokasi peternakan perlu ditempatkan terlebih dulu di kandang karantika/isolasi selama 14 hari dan dilakukan pengamatan yang intensif terhadap gejala penyakit.
  2. Jika terdapat gejala klinis penyakit, maka segera pisahkan dan dimasukkan ke kandang isolasi dan ditangani lebih lanjut oleh petugas kesehatan hewan dan dilaporkan pada dinas peternakan setempat.
  3. Perlindungan pada zona bebas dengan membatasi gerakan hewan, pengawasan lalu lintas dan pelaksanaan surveilans.
  4. Pemotongan hewan terinfeksi, hewan baru sembuh, dan hewan - hewan yang kemungkinan kontak dengan agen PMK.
  5. Musnahkan bangkai, sampah, serta seluruh produk hewan pada area yang terinfeksi.
  6. Pelarangan pemasukan ternak baru dari daerah tertular.
  7. Untuk peternakan yang dekat daerah tertular maka ada anjuran untuk melaksanakan vaksin virus aktif yang mengandung adjuvant.
  8. Kekebalan 6 bulan setelah dua kali pemberian vaksin, sebagian tergantung pada antigen yang berhubungan antara vaksin dan strain yang sedang mewabah.

Baca juga: Bisakah Daging Sapi yang Terinfeksi PMK Dikonsumsi?

Gejala PMK

Terdapat sejumlah gejala PMK yang muncul pada hewan ternak baik sapi maupun kambing.

Pada sapi gejala PMK adalah sebagai berikut:

  1. Terdapat demam (pyrexia) hingga mencapai 41°C dan menggigil.
  2. Mengalami anorexia (tidak nafsu makan).
  3. Penurunan produksi susu yang drastis pada sapi perah untuk 2-3 hari.
  4. Keluar air liur berlebihan (hipersativasi).
  5. Saliva terlihat menggantung, air liur berbusa di lantai kandang.
  6. Pembengkakan kelenjar submandibular.
  7. Hewan lebih sering berbaring.
  8. Luka pada kuku dan kukunya lepas.
  9. Menggeretakan gigi, menggosokkan mulut, leleran mulut, suka menendangkan kaki (efek ini disebabkan karena vesikula atau lepuhan pada membran mukosa hidung dan bukal, lidah, nostril, moncong, bibir, puting, ambing, kelenjar susu, ujung kuku, dan sela antar kuku).
  10. Terjadi komplikasi berupa erosi di lidah dan superinfeksi dari lesi, mastitis dan penurunan produksi susu permanen.
  11. Mengalami myocarditis dan abotus kematian pada hewan muda.
  12. Kehilangan berat badan permanen, kehilangan kontrol panas.

Sedangkan pada domba atau kambing gejala PMK yakni sebagai berikut:

  1. Lesi kurang terlihat, atau lesi pada kaki bisa juga tidak terlihat.
  2. Lesi/lepuh pada sekitar gigi domba.
  3. Kematian pada hewan muda.
  4. Keluar air liur berlebihan (hipersativasi).

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Tren
Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Tren
7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

Tren
Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Tren
Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Tren
Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D Saat Terpapar Sinar Matahari?

Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D Saat Terpapar Sinar Matahari?

Tren
Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Tren
7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

Tren
BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com