KOMPAS.com - Angkatan Bersenjata Ukraina pada Minggu (27/2/2022) merilis rekaman video drone Bayraktar TB2 yang sukses melumat senjata Rusia.
Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Valerii Zaluzhnyi mengatakan, serangan drone buatan Turki tersebut terjadi di dekat Kota Malyn, sekitar 100 kilometer barat laut Kiev.
Dalam video yang beredar, drone tersebut terlihat mengintai sistem rudal permukaan-ke-udara BUK Rusia dan menghancurkannya.
Duta Besar Ukraina untuk Turki Vasyl Bodnar juga mengakui keunggulan Bayraktar TB2. Menurutnya, drone tersebut sangat efisien untuk melawan pasukan Rusia.
Lantas, seperti apa kecanggihan Bayraktar TB2 Turki ini?
Baca juga: Rusia Invasi ke Ukraina, Apa Saja yang Dilakukan Amerika Serikat?
Bayraktar-TB2 adalah pesawat tanpa awak jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) yang diproduksi oleh Baykar Makina.
Dilansir dari Army-technology, drone ini memiliki kecepatan jelajah 70-120 knot dengan ketinggian penerbangan operasional 27.030 kaki.
Pesawat tanpa awak itu juga mampu terbang selama 24 jam dengan jangkauan komunikasi sejauh 150 kilometer.
Memiliki rentang sayap 12 meter dan panjang bodi 6,5 meter, drone tersebut menampilkan desain yang mengintegrasikan struktur v-tail terbalik.
Badan pesawat terbuat dari serat karbon, kevlar, dan komposit hibrida. Sedangkan segmen sambungannya merupakan bagian aluminium mesin kontrol numerik komputer (CNC) presisi.
Setiap sistem Bayraktar TB2 terdiri dari enam kendaraan udara, dua stasiun kontrol tanah (GCS), tiga terminal data tanah (GDT), dua terminal video jarak jauh (RVT) dan peralatan pendukung tanah.
Kendati hanya dapat membawa amunisi terbatas, TB-2 mampu menghancurkan kendaraan lapis baja.
Bayraktar TB2 dilengkapi dengan sensor statis Pitot, laser altimeter dan modul sensor alpha beta, serta sensor kecepatan, suhu dan tingkat bahan bakar.
Baca juga: Mengenal NRF, Pasukan NATO yang Dikerahkan Ke Ukraina Hadapi Rusia
Soal jam terbang, Bayraktar TB2 tak perlu dipertanyakan. Drone ini banyak digunakan oleh militer Turki selama konflik di Suriah, Libya, dan Nagorno Karabakh.
Dikutip dari Military Today, drone tersebut dikabarkan menghancurkan sejumlah Pantsyr-S1, sebuah sistem pertahanan udara jarak pendek buatan Rusia.