Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Ramai-ramai Bergosip tentang "Don't Look Up"

Kompas.com - 07/01/2022, 11:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

FILM Don’t Look Up besutan McKay yang dibintangi Di Caprio, Lawrence, Streep, Blanche yang kini sudah ditayangkan secara global oleh Netflix menjadi bahan pergosipan seru para cendekiawan Indonesia yang tergabung di WAG Demokrasi dan Kemanusiaan.

Sebagai cantrik Prof Samuel Huntington, DR Nasir Tamara menilai gambar hidup satire-distopial tersebut sangat seru-aktual melukiskan kemelut persaingan politik versus sains untuk menguasai kendali arus gerak peradaban.

Jurnalis pro-sains, Lukas Luwarso, seperti biasa tentu menonton film tersebut dengan lensa supra kritis terhadap ulah kaum politisi yang tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memanfaatkan sains sebagai alat memperkokoh kekuasaan yang sudah maupun belum maka ingin dikuasai.

Baca juga: Apakah Hantu Itu Nyata? Ini 6 Keraguan soal Hantu Menurut Sains

Cendekiawan Wijayanto panjang lebar mengulas film komedi fiksi ilmiah tersebut sebagai gambaran tipikal masyarakat yang ignorant pada temuan sains, mengabaikan peringatan saintis tentang bakal datangnya bencana besar (kiamat).

Film Don't Look Up menunjukkan ironi ketika kepentingan politik, ekonomi dan keyakinan, mengabaikan peringatan sains tentang ancaman eksistensial risk. Contoh kegagalan masyarakat untuk berpikir jernih dan bertemperamen sains. (Real life ancaman kiamat adalah climate change, yang juga diabaikan oleh politisi, pengusaha, dan masyarakat pd umumnya.)

Lain halnya dengan penulis kisah fantasi yang selalu fantastis Akmal Nasery Basral menertawakan nasib para ilmuwan disuruh nunggu sang Presiden (AS). Dikerjai lagi sama jenderal yang menemani mereka, disuruh bayar cemilan yang ternyata gratis bisa diambil di dapur Ruang Oval (setelah sang jenderal pergi).

Parah juga jenderal AS. Cemilan saja dipakai buat malak ilmuwan.

Baca juga: Sinergi Sains dan Filsafat

Semua komentar para cendekiawam Indonesia adalah seru namun yang paling seru adalah penegasan mahajurnalis yang kini berperan sebagai pandita Mpu Jaya Prema bahwa dirinya malas nonton film Don’t Look Up. Apalagi dalam cerita astronom itu melaporkan ke Presiden AS, ya goblok aja. Coba kalau dilaporkan ke Presiden Jokowi, enggak bakalan ada kiamat. Jokowi bisa mengerahkan periset BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), atau dukun.

Berdasarkan kemelut gosipan para cendekiawan Indonesia di padang Kurusetra WAG Demokrasi & Kemanusiaan maka pada hakikatnya layak diharapkan sang mahasenias Garin Nugroho segera menggarap film Don’t Look Up versi Indonesia yang dijamin pasti lebih seru ketimbang versi Amerika.

Merdeka!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com