Hai, apa kabarmu? Semoga kabarmu baik karena anugerah kesehatan di pengujung Ramadhan 2021.
Sebulan penuh umat Muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah dalam suasana yang berbeda.
Tahun lalu, kita mengalami hal yang kurang lebih sama. Namun, tahun ini suasananya sedikit berbeda.
Tahun lalu, larangan mudik lebih dipatuhi karena kekhawatiran kita begitu tinggi akan penyebaran virus Covid-19 yang belum banyak kita ketahui.
Tahun ini, larangan mudik seperti membentur tembok. Mungkin karena kejenuhan yang menumpuk. Mungkin karena perasaan lebih aman lantaran vaksin dan klaim kemampuan pemerintah mengendalikan.
Memang banyak yang sadar tidak mudik karena mempertimbangkan kesehatan, keselamatan dan kehidupan bersama yang lebih baik. Namun, banyak juga yang mengabaikannya dan nekat karenanya.
Polisi dan aparat keamanan kemudian mengambil diskresi untuk meloloskan lantaran menghindari kerumuman. Pemeriksaan di pos berikutnya jadi andalan pencegahan. Semoga benar-benar dilakukan.
Jika ternyata tidak dilakukan dan diloloskan sampai kampung halaman, bagaimana sikap kita menghadapi situasi seperti ini?
Sebelum sampai bagaimana seharusnya sikap kita, data yang dihimpun Kepolisian Republik Indonesia bisa jadi acuan.
Polri melakukan tes acak terhadap masyarakat yang melakukan perjalanan selama larangan mudik. Datanya, 4 dari 6 terdeteksi positif Covid-19. Angka persisnya, dari 6.742 yang diuji secara acak, 4.123 di antaranya positif Covid-19.
Anggap saja, data ini benar. Ada 2.362 orang positif Covid-19 ini bisa melanjutkan perjalanan sampai kampung halaman.
Bagaimana sikap kita sekarang menjadi terang benderang. Benteng pertahanan terakhir kini ada pada diri kita masing-masing.
Terbiasanya kita berjuang sendiri-sendiri mengatasi semua persoalan termasuk ancaman kesehatan dan keselamatan akan mendapat ujian lagi.