Saat Idul Fitri, tidak bersalaman dengan para pendatang meskipun dia kerabat atau keluarga dekat adalah langkah pencegahan yang mujarab. Data acak 4 dari 6 pelaku perjalanan positif Covid-19 kita jadikan acuan kehati-hatian.
Selain tidak salaman, jangan lelah menerapkan disiplin protokol kesehatan. Selalui memakai masker secara benar, menghindari kerumunan dan senantiasa menjaga jarak aman agar tidak tertular virus dari droplet.
Pengalaman yang dialami India April lalu yang berlarut-larut sampai hari ini setidaknya dapat kita jadikan pegangan untuk pencegahan.
Perasaan lebih aman karena pengendalian Covid-19 di India membuat situasi berangsur-angsur normal. Pernikahan digelar dengan undangan ratusan orang tanpa protokol kesehatan.
Pasar tradisional ramai dan membeludak. Demonstrasi dilakukan di jalan-jalan diikuti ribuan orang. Sekitar satu juta orang hadir bersamaan dalam mandi massal untuk acara keagamaan. Semua dilakukan tanpa protokol kesehatan.
Hasilnya, tsunami Covid-19 terjadi di India 15 hari kemudian. Data positif Covid-19 dan korban meninggal selama setahun di India langsung dilampaui dalam waktu 15 hari saja. Layanan kesehatan dan kematian tumbang.
Keteledoran menjadi penyebab gelombang kedua di India lebih mematikan. Selain karena varian virus baru, skala penyebaran lantaran masyarakat sebelumnya merasa aman lantas tidak patuh menjadi ancaman mematikan.
Ketidakpatuhan atas banyak hal dengan berbagai alasan juga kita jumpai di banyak tempat dengan beragam skala.
Ketidakpatuhan warga pada otoritas adalah tanda bahaya untuk pemegang kekuasaan sejatinya.
Kepekaan melihat tanda-tanda ini perlu dipertajam bukan malah dipertumpul oleh hadirnya banyaknya ring atau lingkaran pada kekuasaan yang membuat pemilik otoritas justru imun.
Imun memang bagus, tetapi tidak untuk situasi seperti saat ini yang justru membutuhkan kepekaan-kepekaan.
Tanpa peran lingkaran pada kekuasaan yang menari-nari ke sana dan ke sini dan cenderung salah arah, saya tidak tahu apa itu Bipang Ambawang.
Semoga salah arah tidak terus-teruskan dan segera bisa putar balik tanpa perlu dipaksa di jalan-jalan seperti layaknya para pemudik.
Salam putar balik,
Wisnu Nugroho
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.