Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hamid Awaludin

Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia.

Serangan Fajar ala Covid-19

Kompas.com - 25/09/2020, 13:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Covid-19 memang luar biasa daya destruksi dan pola perubahan hidup manusia yang diakibatkannya.

Sebelum Covid-19 datang meneror, sebagian bangsa kita masih memuja-muji, menyembah, mempercayai bahwa benda-benda mati memiliki kekuatan supra-natural.

Berbagai cara ritual dilakukan untuk itu semua. Batu, gunung, pohon meranggas, sumur tua dan sebagainya, disembah dengan sesajen, pakai dupa, lengkap dengan kemenyan, sembari mata dipejamkan dan mulut berkomat-kamit membaca mantera.

Covid-19 muncul. Kita pun semua berubah arah. Benda mati atau benda hidup, kita tidak percayai lagi.

Suami-isteri saling awas, tertular atau tidak. Meja, pintu, bangku, kursi (benda mati) kita semprot sebelum menyentuhnya. Tidak ada lagi yang kita percayai.

Anda terbang dari Jakarta ke Surabaya, hanya sejam. Namun, prosedur dan persyaratannya luar biasa ribet, mungkin melebihi persyaratan ke surga.

Terbang sejam mensyaratkan adanya tetesan darah melalui rapid test. Ke surga, tidak ada persyaratan darah yang menetes. Luar biasa Covid ini.

Angka yang tertular dan meninggal kian naik. Wilayah jelajah jangkauannya pun kian tak terkendali.

Penetrasinya tidak lagi mengenal status sosial. Menteri pun terkapar dibuatnya, padahal, kurang apa lagi protokol kesehatan dan taat azasnya menteri.

Tambahan lagi, sudah ada 61 orang calon kepala daerah yang positif terinfeksi, dan ada yang meninggal. Para dokter dan perawat bertekuk lutut. Banyak yang meninggal.

Lantas, pemilihan kepala daerah, hingga kini, masih direncakan pelaksanaannya pada Desember 2020.

Covid-19 menyebar melalui interaksi antar manusia dan benda-benda mati. Semuanya itu ada dalam pemilihan kepala daerah, terutama saat kampanye, pencoblosan dan perhitungan suara.

Para ponggawa (menteri) negeri beralibi bahwa aturan kian ketat, pelaksanaan hukum makin keras. Tidak akan terjadi lonjakan Covid -19 karena pilkada.

Katanya lagi, kami sudah menurunkan anggaran untuk pilkada yang super ketat sehingga kemungkinan penularan dan pengembangbiakan virus, tidak perlu dikhawatirkan, dan anggaran itu akan mendorong ekonomi rakyat, kata seorang ponggawa negeri.

Bagaimana kalau anggaran itu kita pakai langsung untuk mengatasi Covid- 19 ini?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com