Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Disebut Berpotensi Jadi Salah Satu Episentrum Covid-19, Ini Alasannya...

Kompas.com - 23/06/2020, 17:03 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - India, Brasil, dan Indonesia sempat diprediksi menjadi pusat penyebaran atau episentrum virus corona di dunia, setelah sebelumnya terjadi di China, Iran, Korea Selatan, dan Italia.

Peringatan itu disampaikan oleh ahli epidemiologi Dicky Budiman, pada 7 Maret 2020, tak lama setelah kasus pertama Covid-19 di Indonesia terkonfirmasi pada 2 Maret 2020.

Pihaknya menuliskan hal tersebut kepada seorang pejabat pemerintah di Jakarta setelah melihat perkembangan kasus dan sesuai bidang keilmuan yang dipelajarinya. 

Kandidat Ph.D dari Griffith University Australia saat itu menyebut India, Brasil, dan Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pusat wabah selanjutnya karena beberapa faktor.

"India, Brazil, dan Indonesia memiliki kerawanan tersendiri dan berpeluang untuk menjadi epicentre mengingat tingginya kepadatan penduduk, faktor kesadaran penduduk terhadap pencegahan dan sistem kesehatan yang masih belum mapan," seperti dikutip dari surat yang dibagikan ke Kompas.com

Baca juga: Indonesia Disebut Berpotensi Jadi Episentrum Baru Covid-19, Ini Respons Jubir Pemerintah

Selain itu, di awal-awal munculnya kasus Covid-19 di Indonesia, pihaknya juga menyampaikan bahwa kasus infeksi dapat diturunkan dalam 2-3 bulan dengan test, trace, treat dan isolate  yang ketat dan massiv disertai dengan physical distancing.

Saat ini Dicky kembali menyampaikan hasil analisis yang dia buat sebelumnya dan menyebut prediksi itu relevan dengan fakta yang terjadi di lapangan.

Brasil dan India

Jika melihat data global dari Worldometer, per Selasa (23/6/2020), Brasil sudah ada di urutan ke dua sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia.

Brasil sejauh ini memiliki 1.111.348 kasus infeksi terkonfirmasi. Sementara India, ada di posisi ke-4 dengan jumlah kasus positif di angka 441.070 kasus.

"Baik India dan Brasil sudah menjadi episentrum saat ini atau hampir 3 bulan setelah prediksi terburuk yang saya sampaikan. Bahkan hari ini keduanya melaporkan semakin meningkatnya kasus di daerah pedesaan dengan kematian rerata di atas 500 per hari," kata Dicky, Selasa (23/6/2020).

Sementara Indonesia, jika dilihat dari angka jumlah kasus memang masih berada jauh di bawah India dan Brasil. Namun, Dicky mengajak semua pihak untuk terus waspada karena semua kemungkinan masih bisa terjadi.

Berbasis bukti dan argumen ilmiah

Dia pun menekankan, prediksi yang dibuatnya bukan untuk menakut-nakuti, namun semuanya berbasis bukti dan argumen ilmiah.

"Pelajaran penting dan berharga untuk kita semua di Indonesia, bahwa pandemi ini tidak bisa diremehkan dan belum berakhir," ujarnya.

Apalagi melihat angka penambahan kasus baru di Tanah Air yang masih tinggi hingga hari ini, semuanya diminta untuk terus meningkatkan kewaspadaan, meskipun era kenormalan baru sudah ramai digaungkan dan dijalankan.

Dicky yakin, semua prediksi itu masih bisa dimentahkan apabila semua pihak, termasuk pemerintah juga masyarakat bersinergi dan mengupayakan yang terbaik untuk mencegah terjadinya transmisi virus corona ini.

"Dengan keseriusan dan kebersamaan, kita bisa mengelola pandemi dengan jumlah korban yang minimal dan terhindar dari potensi jadi episentrum," tukasnya.

Baca juga: Jadi Episentrum Baru, Ini Alasan di Balik Tingginya Kasus Virus Corona di Brazil

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com