KOMPAS.com - India, Brasil, dan Indonesia sempat diprediksi menjadi pusat penyebaran atau episentrum virus corona di dunia, setelah sebelumnya terjadi di China, Iran, Korea Selatan, dan Italia.
Peringatan itu disampaikan oleh ahli epidemiologi Dicky Budiman, pada 7 Maret 2020, tak lama setelah kasus pertama Covid-19 di Indonesia terkonfirmasi pada 2 Maret 2020.
Pihaknya menuliskan hal tersebut kepada seorang pejabat pemerintah di Jakarta setelah melihat perkembangan kasus dan sesuai bidang keilmuan yang dipelajarinya.
Kandidat Ph.D dari Griffith University Australia saat itu menyebut India, Brasil, dan Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pusat wabah selanjutnya karena beberapa faktor.
"India, Brazil, dan Indonesia memiliki kerawanan tersendiri dan berpeluang untuk menjadi epicentre mengingat tingginya kepadatan penduduk, faktor kesadaran penduduk terhadap pencegahan dan sistem kesehatan yang masih belum mapan," seperti dikutip dari surat yang dibagikan ke Kompas.com.
Baca juga: Indonesia Disebut Berpotensi Jadi Episentrum Baru Covid-19, Ini Respons Jubir Pemerintah
Selain itu, di awal-awal munculnya kasus Covid-19 di Indonesia, pihaknya juga menyampaikan bahwa kasus infeksi dapat diturunkan dalam 2-3 bulan dengan test, trace, treat dan isolate yang ketat dan massiv disertai dengan physical distancing.
Saat ini Dicky kembali menyampaikan hasil analisis yang dia buat sebelumnya dan menyebut prediksi itu relevan dengan fakta yang terjadi di lapangan.
Jika melihat data global dari Worldometer, per Selasa (23/6/2020), Brasil sudah ada di urutan ke dua sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia.
Brasil sejauh ini memiliki 1.111.348 kasus infeksi terkonfirmasi. Sementara India, ada di posisi ke-4 dengan jumlah kasus positif di angka 441.070 kasus.
"Baik India dan Brasil sudah menjadi episentrum saat ini atau hampir 3 bulan setelah prediksi terburuk yang saya sampaikan. Bahkan hari ini keduanya melaporkan semakin meningkatnya kasus di daerah pedesaan dengan kematian rerata di atas 500 per hari," kata Dicky, Selasa (23/6/2020).
Sementara Indonesia, jika dilihat dari angka jumlah kasus memang masih berada jauh di bawah India dan Brasil. Namun, Dicky mengajak semua pihak untuk terus waspada karena semua kemungkinan masih bisa terjadi.
Dia pun menekankan, prediksi yang dibuatnya bukan untuk menakut-nakuti, namun semuanya berbasis bukti dan argumen ilmiah.
"Pelajaran penting dan berharga untuk kita semua di Indonesia, bahwa pandemi ini tidak bisa diremehkan dan belum berakhir," ujarnya.
Apalagi melihat angka penambahan kasus baru di Tanah Air yang masih tinggi hingga hari ini, semuanya diminta untuk terus meningkatkan kewaspadaan, meskipun era kenormalan baru sudah ramai digaungkan dan dijalankan.
Dicky yakin, semua prediksi itu masih bisa dimentahkan apabila semua pihak, termasuk pemerintah juga masyarakat bersinergi dan mengupayakan yang terbaik untuk mencegah terjadinya transmisi virus corona ini.
"Dengan keseriusan dan kebersamaan, kita bisa mengelola pandemi dengan jumlah korban yang minimal dan terhindar dari potensi jadi episentrum," tukasnya.
Baca juga: Jadi Episentrum Baru, Ini Alasan di Balik Tingginya Kasus Virus Corona di Brazil
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.