Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapal Asing Masih Berkeliaran, Kenapa Mereka Suka Mencari Ikan di Natuna?

Kompas.com - 12/01/2020, 19:19 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Konflik antara Indonesia dengan China kembali terjadi di Perairan Natuna yang berbatasan dengan Laut China Selatan.

Sejumlah kapal penangkap ikan asal China didampingi kapal Coast Guard negaranya, berkegiatan di perairan yang masih masuk dalam teritori Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) milik Indonesia.

Pemerintah Indonesia melakukan sejumlah upaya agar kapal-kapal China yang tengah mencari ikan ini meninggalkan perairan Indonesia.

Namun, hingga kini belum cukup menunjukkan hasil yang signifikan. 

Bahkan, pada Rabu (8/1/2020) lalu, Presiden Joko Widodo berkunjung ke Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Dia menegaskan, wilayah Kepulauan Natuna merupakan teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Tetapi, pasca-kunjungan Presiden Joko Widodo keberadaan kapal ikan asing (KIA) di perairan tersebut masih ada. 

Lantas, kenapa kapal China mencari ikan di Perairan Natuna?

Stok ikan menipis

 

Kepulauan Natuna di selat Karimata ada di bawah teritorial Indonesia.

Tetapi perairan di dekat kepulauan tersebut diklaim China sebagai bagian dari daerah penangkapan ikan para nelayan tradisionalnya.

Melansir South China Morning Post, (12/1/2020), mereka terdorong untuk berlayar sejauh itu mencari tangkapan karena stok ikan di perairan dekat China semakin menipis.

Sementara permintaan dalam negeri untuk bahan konsumsi semakin meningkat. Apa yang nelayan-nelayan China lakukan ini mendapat dukungan dari Pemerintah di Beijing.

Bahkan, Presiden Xi Jinping meminta para nelayan yang berada di bagian paling Selatan China untuk membuat kapal lebih besar agar dapat menjelajah lebih jauh dan mendapat hasil tangkapan ikan lebih banyak.

Hal itu sudah ia sampaikan sejak April 2014 saat berkunjung ke wilayah tersebut.

Masyarakat nelayan pun setuju dan akan menjaga lautan yang mereka anggap sebagai warisan leluhur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com