Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agustian GP Sihombing
Biarawan

Anggota Justice Peace and Integrity of Creation (JPIC), biarawan Ordo Kapusin Provinsi Medan, dan mahasiswa magister filsafat.

Spiritualitas Penanganan Perubahan Iklim

Kompas.com - 07/01/2024, 14:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 miliar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air, dan tanah di planet yang sama – perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut”.

DEMIKIAN kutipan dari terjemahan pidato Severn Suzuki yang berusia 12 tahun di ruang Sidang PBB pada 1992.

Ia hadir dalam Konferensi Lingkungan Hidup PBB yang diselenggarakan di Rio de Janeiro (Brasil), sebagai wakil dari kelompok anak-anak yang membaktikan diri untuk belajar dan mengajar anak-anak lain, tentang isu lingkungan hidup (Environmental’s Children Organization).

Kehadiran dan pidatonya pada waktu itu, membuat Severn Suzuki menjadi fenomenal dan secara khusus memantik spirit kaum muda-mudi untuk berjuang, demi ”harga diri lingkungan hidup” yang diperlakukan dengan tidak adil (fair) dan terkontrol.

Sehingga, efek-efek destruktifnya dialami oleh pelbagai pihak di belahan dunia hingga saat ini.

Ia menutup pidatonya dengan ungkapan yang memiliki spirit kuat, yaitu ”Kamu dinilai dari apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan”.

Ternyata, dalam ungkapan yang berbeda, tapi muatan senada, Sultan Al-Jaber, Presiden Direktur ADNOC mengucapkan hal yang sama dalam Conference of the Parties (COP) 28 di Dubai:

”Kita adalah apa yang kita lakukan, bukan apa yang kita katakan. Kita harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengubah kesepakatan ini menjadi tindakan nyata,” (14 Desember 2023).

Persekutuan dan komitmen

Apa yang diungkapkan oleh Severn Suzuki (1992) dan Sultan Al-Jaber (2023) sungguh mengandung spiritualitas mendalam.

Perhatian dan perjuangan terhadap lingkungan hidup mesti berdasar pada persekutuan dan komitmen bersama yang diwujud-nyatakan dalam tindakan konkret.

Spiritualitas peduli lingkungan hidup semakin digaungkan dan dioptimalkan, karena adanya realitas bahwa lingkungan hidup tengah mengalami percepatan krisis. Realitas tersebut dirasakan oleh pelbagai pihak di seluruh belahan dunia.

Pembakaran hutan secara ekstrem meraja lela, produksi limbah naik, efek rumah kaca meningkat, dan akhirnya terjadilah perubahan iklim yang ekstrem. Sementara, kontrol dan perbaikan atas krisis-krisis tersebut tidak digiatkan (diabaikan).

Pada 4 Oktober 2023 lalu, Paus Fransiskus mengeluarkan Seruan Apostolik kepada semua orang yang berkehendak baik atas krisis perubahan iklim, yaitu Laudate Deum.

Seruan ini adalah lanjutan dari Ensiklik Laudato Si’ (2015) yang dirasakan kurang mendapat perhatian global dari seluruh umat manusia atas krisis lingkungan hidup di zaman modern ini.

Di dalamnya, Paus menyinggung betapa keadaan bumi dan lingkungan hidup begitu mengkhawatirkan saat ini.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com