KOMPAS.com - Kerajaan Manganitu adalah sebuah kerajaan yang terletak di pantai barat Pulau Sangir Besar, Sulawesi Utara.
Kerajaan Manganitu didirikan oleh Tolosang sebagai raja pertama yang bertahta pada 1600-1645.
Dalam sejarahnya, Kerajaan Manganitu sempat berkonflik dengan Belanda pada 1675.
Sayangnya, pertempuran ini berhasil dimenangi oleh pihak Belanda yang berhasil menjebak raja ketiga Kerajaan Manganitu, yakni Raja Bataha Santiago.
Baca juga: Perlawanan Rakyat di Bolaang Mongondow
Kronologi
Pada 1521, Spanyol yang melewati daerah Sangir Talaud dan tiba di Kesultanan Tidore berhasil menjalin hubungan persahabatan dengan Raja Tompoliu dari Kerajaan Manganitu.
Setelah Spanyol, bangsa barat lain yang juga ingin masuk ke Kerajaan Manganitu adalah Belanda.
Mulanya, kedatangan Belanda ke Manganitu disambut dengan baik, karena dianggap sahabat sama seperti Spanyol oleh rakyat setempat.
Lalu, pada masa kepemimpinan Raja Bataha Santiago, Belanda, berusaha untuk menjalin hubungan juga dengan Manganitu sama seperti Spanyol.
Belanda kemudian memanfaatkan hubungan persahabatan yang terjalin antara Spanyol dan Manganitu. Belanda meminta Spanyol membujuk Kerajaan Manganitu agar bersedia menandatangani kontrak politik dengan mereka.
Namun, setelah mengetahui isi dari kontrak politik tersebut, rakyat Manganitu menolak untuk menandatanganinya.
Adapun isi kontrak itu adalah:
Untuk menyukseskan maksudnya itu, Belanda memanfaatkan pengaruh raja-raja di Sangir Besar untuk membujuk Raja Bataha Santiago agar bersedia menerima mereka, tetapi gagal.
Karena penolakan itu, Belanda pun terpaksa menggunakan kekuatan militernya.
Gubernur Padtbrugge (Belanda) memobilisasi pasukan bantuan dari Tahuna, Kundahe, Ternate, dan lain-lain untuk membantu pasukan Belanda.