KOMPAS.com - Perang Pamaton adalah perang yang terjadi antara Kerajaan Banjar melawan Belanda.
Perang Gunung Pamaton terjadi pada 19 Juni 1861 dan berakhir pada 1906 dengan dimenangi Belanda.
Sultan Hidayatullah II dari Kerajaan Banjar saat itu memimpin rakyat untuk melawan Belanda. Namun, ia tertangkap dan diasingkan di Cianjur.
Baca juga: Persahabatan Hitler-Mussolini dan Pecahnya Perang Dunia II
Campur tangan Belanda di urusan internal Kesultanan Banjar menjadi faktor utama mengapa Perang Gunung Pamaton pecah.
Belanda ikut dalam mengangkat Tamjudillah II sebagai pemimpin Banjar dan melengserkannya.
Sultan Hidayatullah II juga diangkat Belanda menggantikan Tamjudillah II yang dianggap tidak sanggup menata pemerintahan Banjar.
Pada 11 Juni 1860, Belanda melalui Residen F. N. Nieuwenhuijzen secara sepihak mengumumkan penghapusan Kesultanan Banjar.
Hal itu kemudian memicu ketegangan di Banjar yang membuat pecahnya perang di Gunung Pamaton.
Pada 10 Desember 1860, Sultan Hidayatullah melantik Gamar dengan gelar Tumenggung Cakra Yuda sebagai panglima Perang Sabil terhadap Belanda.
Sultan Hidayatullah II juga mengangkat Tagab Wajir sebagai Kiai Singapati.
Gunung Pamaton dipilih sebagai basis pertahanan pasukan Kesultanan Banjar.
Rakyat menyambut pasukan Banjar dan membangun benteng pertahanan sebagai usaha menghalau tentara Belanda yang akan menangkap mereka.
Sultan Hidayatullah II merencanakan menyerang Belanda pada 20 Juni 1861, tetapi rencana itu bocor ke Belanda.
Belanda kemudian mengutus Mayor Koch untuk melakukan serangan ke Gunung Pamaton pada 19 Juni 1861.
Baca juga: Jumlah Korban Perang Dunia II Lebih dari 60 Juta Jiwa
Perang pun pecah hampir di seluruh daerah Martapura dan daerah-daerah sekitarnya.