KOMPAS.com - Kekerasan kultural masuk dalam penggolongan kekerasan menurut Johan Galtung, sosiolog asal Norwegia.
Selain kultural, Galtung membagi kekerasan menjadi kekerasan langsung dan struktural (tidak langsung).
Kekerasan langsung didefinisikan sebagai jenis kekerasan yang pada umumnya terjadi. Contoh, pembunuhan dan bullying.
Sedangkan kekerasan stuktural adalah kekerasan yang tidak melukai fisik, namun merenggut hak dan kehidupan orang lain. Misalnya ketimpangan akses pendidikan.
Lantas, apa itu kekerasan kultural?
Baca juga: Kekerasan Struktural: Pengertian dan Contohnya
Menurut Tuti Budirahayu dalam buku Kekerasan di Sekolah dalam Tinjauan Sosiologi Pendidikan (2022), berikut pengertian kekerasan kultural:
"Kekerasan kultural adalah kekerasan yang terjadi dalam sebuah budaya, di mana hal itu dijustifikasi dan dilegitimasi sehingga diterima di masyarakat."
Sebenarnya kekerasan ini berasal dari suatu hal yang menyimpang, namun dibenarkan oleh sebagian pihak, hingga akhirnya diterima dalam masyarakat.
Dikutip dari buku Sosiologi Konflik (2019) oleh Novi Susan, kekerasan kultural bisa berangkat dari etnis, agama, maupun ideologi.
Galtung menekankan bahwa kekerasan kultural yang dimaksudnya ini bukan mencakup keseluruhan sistem, melainkan aspek budaya itu sendiri.
Baca juga: Kekerasan Langsung: Pengertian dan Contohnya
Menurut Johan Galtung, berikut pengertian kekerasan kultural:
;Kekerasan kultural adalah aspek kebudayaan, ruang simbolis dari keberadaan manusia, yang dicontohkan agama dan ideologi, di mana hal itu bisa digunakan untuk menjustifikasi atau melegitimasi kekerasan struktural dan langsung.:
Dilansir dari situs Binus.ac.id, kekerasan kultural adalah aspek sosial kebudayaan masyarakat yang membiarkan terjadinya kekerasan langsung dan struktural.
Oleh sebab itu, jenis kekerasan ini sangat melekat dalam kultur masyarakat. Berikut beberapa contoh kekerasan kultural: