Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merkuri, Logam yang Berwujud Cair pada Suhu Ruang

Kompas.com - 23/02/2023, 18:00 WIB
Silmi Nurul Utami

Penulis

KOMPAS.com – Logam biasanya memiliki wujud padat dalam suhu ruang. Namun, ada satu logam yang berwujud cair pada suhu ruang. Logam tersebut adalah merkuri (Hg) atau yang lebih dikenal sebagai air raksa.

Pengertian merkuri

Merkuri adalah unsur logam dengan nomor atom 80. Merkuri berbentuk caira logam putih keperakan yang tidak berbau dan tidak larut dalam air.

Dilansir dari MIT School of Engineering, merkuri mempunyai wujud cair karena titik lelehnya rendah sehingga energi ikatannya juga ikut rendah.

Baca juga: Logam: Pengertian, Unsur, Sifat, dan Klasifikasinya

Merkuri memiliki titik leleh -38,83 °C, membuatnya meleleh dan berada pada wujud cair pada suhu ruang yang sekitar 20 °C.

Walaupun memiliki titik leleh yang rendah, merkuri memiliki titik didih yang tinggi yaitu 357 °C. pada suhu tersebut, semua partikel merkuri akan berubah menjadi uap atau gas.

Dilansir dari Chemistry LibreTexts, merkuri memiliki sifat dan kemampuan untuk menempel pada dirinya sendiri (tegangan permukaan).

Tegangan permukaan yang tinggi membuat merkuri sangat unik dibandingkan logam lainnya, karena sifat tersebut dimiliki oleh zat cair.

Baca juga: Benda Cair: Pengertian, Sifat, dan Cirinya

Penggunaan merkuri

Merkuri digunakan dalam termometer, bola lampu neon, baterai, sakelar listrik, tambalan gigi, produk obat dan salep, produk pencerah gigi, sabun, juga krim pencerah kulit.

Namun, penggunaan merkuri banyak dikaji lebih jauh karena sifatnya yang beracun.

Senyawa beracun

Merkuri merupakan senyawa kimia yang beracun. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, keracunan merkuri dapat terjadi akibat menghirup uap merkuri, menelan senyawa merkuri atau senyawa terlarutnya, dan kontak dengan kulit.

Keracunan merkuri dapat menyebabkan kelemahan otot, kehilangan pengelihatan tepi, terganggunya koordinasi gerakan, tremor, sakit kepala, gangguan kognitif, kehilangan memori, dan menghambat pertumbuhan juga perkembangan otak dan sistem saraf pada bayi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com