Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kain Tenun Gringsing: Pengertian, Sejarah, dan Jenis Motifnya

Kompas.com - 26/10/2022, 07:00 WIB
Vanya Karunia Mulia Putri

Editor

Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.comKain tenun Gringsing berasal dari desa adat Tenganan, Karangasem, Bali. Merupakan kain tenun khas Bali yang terus bertahan dan berkembang hingga saat ini.

Bahkan kini, kain tenun gringsing menjadi salah satu buruan wisatawan dunia yang berkunjung ke desa adat Tenganan.

Kain gringsing dianggap sakral oleh warga desa Tenganan. Warisan leluhur ini akan selalu dijaga dan dilindungi keasliannya. Mulai dari tata cara hingga proses pembuatannya.

Pengertian kain tenun gringsing

Kain gringsing adalah satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibuat menggunakan teknik ikat ganda.

Ditinjau dari asal bahasanya, kata gringsing konon diperoleh dari penggabungan kata "gring" berarti "sakit" dan "sing" artinya "tidak". Bila digabungkan artinya menjadi "tidak sakit".

Baca juga: Jenis-Jenis Kain Tenun

Maksud yang terkandung dalam kata "gringsing" tersebut bila diartikan secara harfiah memiliki makna penolak bala, serta pengusir berbagai penyakit jasmani maupun rohani.

Atas dasar itulah, masyarakat percaya bahwa kain ini memiliki kekuatan magis yang dapat melindungi mereka dari musibah.

Sejarah kain tenun gringsing

Berdasarkan mitos yang berkembang di Bali, kain tenun Gringsing konon berawal dari kekaguman Dewa Indra terhadap keindahan langit di malam hari.

Dari situ, dewa Indra lantas memaparkan keindahan yang dilihat melalui motif tenun kepada rakyat yang dipilihnya, yakni masyarakat Tenganan.

Dewa Indra mengajarkan para wanita untuk menguasai teknik menenun kain ini yang melukiskan dan mengabadikan keindahan bintang, bulan, matahari, serta hamparan langit.

Akhirnya kain tenun yang berwarna gelap ini dipercaya memiliki kekuatan magis dan dipakai dalam ritual keagamaan.

Baca juga: Keunikan Keris Khas Bali

Masyarakat Tenganan sebagai penganut Dewa Indra juga diyakini merupakan imigran dari India kuno.

Imigran tersebut kemungkinan membawa teknik ikat ganda melalui pelayaran dari Orissa atau Andhra Pradesh, dan mengembangkannya secara bebas di Tenganan.

Kemungkinan lain yang melatarbelakangi lahirnya kain ini, yaitu para imigran menguraikan kutipan dari beberapa jenis tenun patola untuk dikembangkan di Indonesia.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com