Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rasialisme dalam Skincare, Alasan Kulit Putih Dianggap Lebih Cantik

Kompas.com - 29/03/2022, 14:30 WIB
Ester Johana,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pernahkah kamu menyadari bahwa setiap melihat iklan skincare lokal sering dijumpai frasa "produk ini akan mencerahkan kuit wajahmu" atau "produk ini akan memutihkan kulit wajahmu"?

Hal-hal tersebut secara tidak langsung adalah bentuk dari rasialime terhadap kulit sawo matang. 

Apa itu rasialisme?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rasialisme adalah paham bahwa ras diri sendiri menjadi yang paling unggul. Sedangkan, ras lain diluar rasnya dipandang sebagai ras yang rendah. 

Rasialisme bisa juga diartikan sebagai perbedaan perilaku dan ketidaksetaraan berdasarkan warna kulit, ras, suku, dan asal-usul seseorang dengan membatasi atau melanggar hak dan kebebasannya.

Dilansir dari Glosari Teori Sosial (2011) oleh M.T Rahman, faktor pembentukan rasialisme bisa terjadi jika perbedaan fisik dianggap sebagai hal yang penting dalam masyarakat. 

Rasialisme juga timbul akibat adanya perbedaan dari segu ideologi, psikologi, dan ekonomi. 

Kondisi yang menimbulkan rasialisme dalam masyarakat yaitu adanya beberapa kelompok ras dengan kebudayaan yang berbeda serta adanya pelembagaan ketidaksetaraan pada masing-masing ras yang saling berhubungan. 

Baca juga: Teori Male Gaze, Penyebab Diskriminasi Perempuan dalam Film

Rasialisme dalam skincare

Penggunaan skincare sebenarnya tidak membatasi atau melanggar hak dan kebebasan seseorang. Namun, doktrin mengenai warna kulit putih lebih baik dibandingkan kulit berwarna atau gelap sudah terjadi bertahun-tahun. Sehingga membuat posisi warna kulit putih sebagai warna kulit superior. 

Sedangkan warna warna kulit sawo matang atau yang lebih gelap menjadi kulit yang kurang sempurna, dipandang sebelah mata, dan lain sebagainya. 

Kata-kata "mencerahkan kulit" atau "memutihkan kulit" yang banyak digunakan pada produk skincare secara tidak langsung memberikan anggapan bahwa warna kulit yang tidak putih harus menjadi putih. 

Orang-orang yang tidak memiliki warna kulit putih akan merasa terkucilkan. Selain itu juga merasa tidak mempunyai representasi atas diri mereka karena figur seperti mereka sulit ditemukan dalam dunia informasi, TV, dan tayangan hiburan lainnya.

Oleh karena itu, label kata “mencerahkan kulit” atau “memutihkan kulit” dapat membuat orang-orang dengan warna kulit gelap menjadi tidak pede terhadap kulit mereka sendiri.

Dari hal tersebut, banyak perempuan-perempuan dengan warna kulit gelap membeli skincare yang dapat memutihkan kulit agar diterima sejajar atau mendapatkan hal yang sama dengan perempuan yang memiliki warna kulit putih.

Bahkan tidak sedikit dari mereka yang melakukan hal ekstrem seperti bleaching kulit untuk mendapatkan warna kulit putih yang diinginkan. 

Baca juga: Teori Jarum Suntik: Pengertian, Asumsi, Konsep, Variabel, dan Contohnya

Padahal, bleaching dapat membuat iritasi kulit, mengakibatkan penipisan kulit, dan warna kulit menjadi sangat terang atau sangat gelap, dan belang.

Selain itu, hal ini juga dapat membuat banyak orang berkulit gelap menjadi lebih terobsesi dengan penampilan mereka untuk glow-up atau memiliki kulit yang lebih putih.

Ditambah lagi ada kesenjangan yang sangat luas antara orang berkulit putih dengan orang berkulit gelap, di mana orang yang berkulit putih akan mendapatkan karier yang lebih bagus daripada orang yang berkulit gelap.

Ada baiknya kita, sebagai masyarakat Indonesia dan orang yang menggunakan produk lokal, untuk mengetahui betapa bahayanya ketika kita menempatkan kulit putih menjadi warna kulit putih yang superior.

Hal ini dapat menyebabkan banyaknya kesenjangan dan ketidakadilan bagi semua orang berkulit gelap. Mulai dari sekarang kita cintai kulit sawo matang atau kuning langsat. Selain sebagai warna asli Indonesia, warna kulit sawo atau warna gelap adalah warna kulit yang sama baiknya dengan warna kulit putih. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com