Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Mitigasi Bencana Kekeringan

Kompas.com - 19/04/2021, 12:54 WIB
Vanya Karunia Mulia Putri ,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

Sumber BPBD DIY

KOMPAS.com - Bencana kekeringan menyebabkan pepohonan mati dan sumber air mengering. Akibatnya masyarakat kesusahan dalam mendapatkan pasokan air dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Kekeringan tidak hanya menyusahkan masyarakat dalam mendapatkan air, tetapi juga membuat banyak masyarakat kehilangan pekerjaan.

Contohnya petani yang mengalami gagal panen, sehingga hasil produksi menurun dan warganya terancam kelaparan.

Kekeringan dan gejalanya

Menurut Djauhari Noor dalam buku Pengantar Mitigasi Bencana Geologi (2014), kekeringan merupakan bencana yang disebabkan oleh minimnya ketersediaan air, sehingga kebutuhan air manusia dan makhluk hidup tidak bisa tercukupi.

Baca juga: Lembaga-Lembaga yang Berperan dalam Penanggulangan Bencana Alam

Bencana kekeringan memiliki dua ciri utama, yaitu:

  1. Curah hujan di suatu kawasan mengalami penurunan atau di bawah normal.
  2. Pasokan air di suatu daerah mulai berkurang, biasanya diukur dari tingkat elevasi atau ketinggian permukaan air.

Kekeringan sangat berdampak pada kesehatan tubuh manusia, tumbuhan dan hewan. Jumlah pangan juga cenderung menurun saat kekeringan karena produksi pertanian mengalami gagal panen atau lainnya. 

Proses mitigasi bencana kekeringan

Agar bisa meminimalisir dampak bencana kekeringan, diperlukan serangkaian proses mitigasi bencana kekeringan. Bagaimana prosesnya?

Melansir dari situs BPBD DIY, proses mitigasi bencana kekeringan memerlukan peran pemerintah dan masyarakat daerah tersebut. Jika keduanya saling bekerja sama dan melengkapi, maka dampak buruk kekeringan bisa diminimalisir.

Upaya mitigasi bencana diawali dengan langkah-langkah pemerintah, seperti berikut:

  1. Penyusunan peraturan pemerintah yang berisikan pengaturan sistem pengiriman data iklim dari daerah ke tingkat pusat.
  2. Penyusunan perda atau peraturan daerah. Isinya berupa penetapan skala prioritas penggunaan air berdasarkan historical right serta asas keadilan.
  3. Pembentukan posko kekeringan di tingkat pusat dan daerah.
  4. Penyediaan anggaran khusus untuk pengembangan jaringan pengamatan iklim di kawasan rawan kekeringan.
  5. Pengembangan jaringan pengamatan iklim di kawasan rawan kekeringan.
  6. Pemberlakukan sistem reward dan punishment untuk warga yang melakukan upaya konservasi atau rehabilitasi sumber daya air serta hutan.

Baca juga: Usaha untuk Menanggulangi Dampak dari Bencana Gunung Meletus

Proses mitigasi bencana ini bisa dibarengi dengan upaya masyarakat dalam meminimalisir dampak bencana kekeringan, yakni:

  1. Memanfaatkan sumber daya air secara lebih efektif dan efisien.
  2. Memprioritaskan penggunaan air untuk keperluan minum dan masak atau keperluan air bersih lainnya.
  3. Menanam banyak pohon di sekitar kawasan rawan kekeringan.
  4. Membuat waduk yang disesuaikan dengan kondisi geografisnya.
  5. Memperbanyak daerah resapan air.
  6. Melakukan panen dan konservasi air. Panen berarti menampung banyak air hujan atau air saat curah hujannya tinggi. Konservasi artinya menggunakan air secara hemat dan sesuai kebutuhan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com