Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anjing Laut Berbulu Antartika Menghadapi Ancaman Baru, Apa Itu?

Kompas.com - 24/10/2023, 08:00 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Anjing laut berbulu Antartika yang hampir punah berhasil memulihkan populasinya.

Namun ancaman ternyata datang silih berganti. Mereka kembali menghadapi penurunan populasi, penyebabnya adalah karena kekurangan makanan.

Dikutip dari Science Daily, Selasa (17/10/2023) studi terhadap anjing laut berbulu yang hampir semuanya hidup di kepulauan sub-Antartika di Georgia Selatan menunjukkan populasi hewan tersebut mencapai puncaknya pada tahun 2009.

Dengan jumlah sebanyak 3,5 juta, itu sebenarnya merupakan populasi yang sehat.

Baca juga: Anjing Laut Gunakan Kumisnya untuk Lacak Mangsa di Laut Dalam

Akan tetapi perhitungan yang lebih rinci mengenai hewan yang hidup di Pulau Burung di Georgia Selatan menunjukkan bahwa anjing laut makin sulit menemukan krill. Krill adalah krustasea kecil mirip udang dan jumlahnya menurun dalam dekade terakhir.

Temuan ini dilakukan oleh para ilmuwan di British Antarctic Survey (BAS) dan rekannya dan dipublikasikan di jurnal Global Change Biology.

"Kami menemukan kabar baik dan buruk tentang anjing laut berbulu. Populasinya telah pulih dengan sangat mengesankan sepanjang abad ke-20 ketika perburuan anjing laut dilarang," ungkap Jaume Forcada, ilmuwan BAS yang memimpin studi baru ini.

"Namun perubahan pada abad ke-21 terhadap kelimpahan krill di Samudra Selatan kini mengancam hewan-hewan ikonik ini lagi," katanya lagi.

Survei anjing laut

Menghitung anjing laut ternyata lebih sulit daripada yang terlihat.

Survei biasanya dilakukan dengan memperkirakan jumlah di pantai penangkaran anjing laut, namun angka ini tidak tepat karena sebagian besar anjing laut berbulu jantan di Georgia Selatan biasanya tidak berkembang biak hingga mereka berusia sepuluh tahun.

Artinya, sekitar 80 persen populasi anjing laut jantan tidak ikut dalam survei, dan cara peneliti menghitung hal ini bisa melebih-lebihkan jumlah keseluruhan.

Baca juga: Anjing Laut Bantu Peneliti Jepang Kumpulkan Data di Bawah Es Antartika

 

Perkiraan baru mengenai 3,5 juta hewan berasal dari survei helikopter selama beberapa minggu di Georgia Selatan dari tahun 2007 hingga 2009 dan peningkatan metode penilaian populasi.

Namun survei terbaru mengidentifikasi adanya pembalikan yang mengkhawatirkan. Angkanya mencapai puncaknya pada tahun 2009 dan sejak itu telah menurun sebesar 7 persen setiap tahunnya.

Analisis awal terhadap data iklim menunjukkan, kenaikan suhu laut yang cepat di wilayah tersebut berkorelasi dengan penurunan populasi anjing laut. Selain itu, kemungkinan besar hilangnya krill adalah penyebabnya.

"Krill menjadi makanan utama anjing laut berbulu di Georgia Selatan sehingga mereka mengalami penurunan drastis ketika kondisi lingkungan membuat jumlah krill berkurang," papar Forcada.

Penelitian yang lebih rinci diperlukan untuk mengetahui mengapa krill di sekitar Pulau Burung kini semakin sedikit tersedia, dan seberapa luas perubahan tersebut dapat terjadi di wilayah Samudera Selatan lainnya.

Baca juga: Kemampuan Unik Bayi Anjing Laut yang Bisa Meniru Suara Manusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com