Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Memupuk Kapasitas Aksi Dini Evakuasi Mandiri

Kompas.com - 26/05/2023, 20:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Andi Eka Sakya

MUHAMMAD Mansur Dongkeng (Pak Dewa) tidak mengira bahwa ajakannya kepada “tetangga” untuk melakukan evakuasi-dini segera setelah menerima informasi peringatan dini Badai Seroja, dari @infobmkg di HP-nya, menjadikannya sebagai Tokoh Inspiratif.

Baca juga: Satuan Pendidikan Aman Bencana, Sejauh Mana Kita Melangkah?

Dia mendapatkan penghargaan dari BMKG. Aksi-dini Pak Dewa berhasil menyelamatkan 120 penduduk Kelurahan Oesapa, Kota Kupang, dari terjangan Badai Torpis Seroja (April 2022) di wilayah Kupang.

Penyelamatan 120 orang warga Oesapa merupakan aksi-dini evakuasi dramatis, sementara Badai Seroja dengan kecepatan mencapai 85 kpj merangsek semua yang dilaluinya, termasuk 11 Kabupaten/Kota di NTT.

Data BNPB menyebutkan Siklon Tropis tersebut menelan korban sekitar 180 orang meninggal, 46 Ribu rumah rusak, dengan kerugian mencapai 3.7 Trilyun Rupiah, dan memindahkan hampir 85 Ribu penduduk untuk mengungsi.

Aksi-dini P Dewa tidak-terlepas dari pengetahuan yang diperoleh dari Sekolah Lapang Iklim untuk Nelayan yang diikuti sebelumnya.

Informasi pergerakan badai dipahami dan menjadi senjata andalan utama untuk “mengajak” masyarakat di sekitar Oesapa melakukan evakuasi mandiri sebelum badai tropis Seroja menerjang.

Baca juga: Apakah Dunia Siap Menghadapi Fenomena Bencana Alam?

Aksi-dini segera setelah informasi peringatan-dini diterima sangat menentukan jumalh korban. Prof. Dwikorita, Kepala BMKG, menggaris-bawahi pentingnya aksi-dini.

Saat meninjau korban longsor di P. Serasan, Natuna, dikatakan bahwa peringatan dini sudah disampaikan sejak 28 Februari terkait dengan pusaran angin Borneo Vortex (BV) di Kalimantan Barat.

Hujan lebat dan angin kencang diakibatkan oleh kemunculan BV berpotensi memicu bencana hidro-meteorologi hujan banjir dan gerakan tanah (longsor). Untuk itu, aksi-dini perlu didorong agar proses evakuasi mandiri bisa segera dilakukan untuk penyelematan masyarakat berisiko (Kompas, 10 Maret 2023).

Palang Merah Internasional (IFRC) memaknai aksi-dini sebagai tindakan antisipatif. Aksi-dini merupakan tindakan berbasis prakiraan.

Badan Meteorologi Dunia (WMO) menterjemahkan aksi-dini sebagai tindakan proaktif yang dilakukan sebelum terjadinya bencana dengan tujuan untuk mengurangi risiko dan dampak bencana.

Aksi-dini mencakup berbagai tindakan seperti peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana, pembangunan infrastruktur tangguh bencana, perencanaan evakuasi dan penyiapan logistik bencana. Manfaat aksi-dini adalah mempercepat respons terhadap bencana dan mengurangi dampaknya.

Dengan adanya sistem peringatan dini, ditunjang dengan prosedur evakuasi yang efektif, serta direncanakan sebelumnya dalam bentuk respon aksi-dini, masyarakat dapat lebih sigap, siap dan responsif dalam menghadapi bencana.

Baca juga: Menciptakan Satuan Pendidikan Aman Bencana Gempa, Bisakah?

Pada gilirannya, dapat mengurangi risiko kehilangan nyawa dan harta benda, serta mengurangi biaya pemulihan pasca bencana.

Aksi-dini semestinya dilakukan bersamaan dengan pengembangan sistem peringatan dini. Harfiahnya, langkah aksi-dini dilakukan untuk melindungi masyarakat sebelum bencana terjadi berdasarkan peringatan dini atau prakiraan.

Agar efektif, selain aksi-dini mensyaratkan keterlibatan yang berarti komunitas berisiko, juga memberikan gambaran potensi dampak yang terjadi.

WMO menyatakan bahwa peringatan dini dan aksi dini sebagai dua-keping mata uang yang tidak bisa dipisah untuk meminimalkan jumlah korban, jika belum boleh dikatakan menihilkan korban.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com