Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kasus Dea "OnlyFans", Bagaimana Pornografi Bisa Bikin Candu?

Kompas.com - 08/04/2022, 15:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Komedian berinisial M diketahui menjadi pelanggan konten video pornografi yang dibuat oleh Dea "OnlyFans" atau Gusti Ayu Dewanti.

Sub-Direktorat Siber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya telah memanggil dan memeriksa komedian berinisial M atau Marshel Widianto pada Kamis 7 April 2022.

Marshel Widianto dipanggil dan diperiksa penyidik karena diketahui diduga menjadi pelanggan konten pornografi buatan Dea "OnlyFans".

Baca juga: Mengenal Tiga Kelompok Penyuka Pornografi

Marshel diketahui kenal dengan Dea "OnlyFans". Ia pun membeli secara langsung konten pornografi Dea "OnlyFans" melalui link Google Drive.

Diberitakan sebelumnya, Marshel membeli konten google drive yang berisi 76 video dan sejumlah foto tanpa busana.

Meskipun dalam kasus ini baru Marshel yang diperiksa penyidik atas pembelian konten pornografi Dea "OnlyFans", dipercayai sudah banyak pengguna OnlyFans yang menjadi penggemar atau fans video Dea.

Banyak penelitian telah menyebutkan bahwa pornografi dapat menimbulkan kecanduan. Candu pornografi menjadi salah satu isu serius di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Belajar dari kasus Dea "OnlyFans" ini, bagaimana sebenarnya konten pornografi bisa membuat seseorang menjadi candu?

Awalnya saat melihat pornografi, reaksi yang ditimbulkan adalah perasaan jijik.

Perasaan jijik ini timbul karena manusia mempunyai sistem limbik. Sistem ini juga diketahui berfungsi mengeluarkan hormon dopamin untuk menenangkan otak.

Selain memberikan rasa tenang pada otak, dopamin juga akan memberi rasa senang, bahagia sekaligus ketagihan.

Dopamin mengalir ke arah Pre Frontal Cortex (PFC). PFC adalah area kortikal pada otak bagian depan yang mengatur fungsi kognitif dan emosi, memusatkan konsentrasi, memahami dan membedakan benar dan salah, mengendalikan diri, berpikir kritis, berpikir dan berencana masa depan, membentuk kepribadian dan berperilaku sosial.

PFC juga merupakan bagian otak yang menjadi paling penting karena bagian otak ini hanya dimiliki oleh manusia, sehingga manusia memiliki etika dibandingkan binatang.

Dopamin yang mengalir ke PFC membuat PFC tidak aktif karena terendam dopamin.

Apabila dopamin semakin banyak, maka seseorang akan timbul rasa penasaran dan semakin kecanduan melihat pornografi.

Namun, untuk memenuhi kepuasan dan kesenangannya, seseorang akan melihat yang lebih porno atau vulgar lagi untuk memicu dopamin yang lebih banyak.

Nah, karena terus dibanjiri dopamin, PFC akan semakin mengkerut dan mengecil, lalu lama-lama menjadi tidak aktif. Dengan kondisi ini mengakibatkan fungsi dari bagian otak ini semakin tidak aktif.

Baca juga: Bagaimana Pornografi Jadi Racun yang Melumpuhkan Kemampuan Seks Pria?

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com