Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indeks Massa Tubuh Tidak Bisa Dijadikan Acuan Kesehatan, Ini Kata Ahli

Kompas.com - 13/08/2021, 09:01 WIB
Nadia Faradiba

Penulis

Sumber Healthline,

KOMPAS.comIndeks Massa Tubuh (IMT) atau yang sering dikenal dengan Body Mass Index (BMI) sering dianggap sebagai salah satu indikator kesehatan berdasarkan ukuran tubuh.

Banyak yang menganggap ini tidak akurat dan tidak bisa menjadi acuan dalam menilai kesehatan seseorang. Bagaimana faktanya?

Apa itu Indeks Massa Tubuh?

IMT atau BMI pertama kali dikenalkan pada 1832 oleh ahli matematika asal Belgia bernama Lambert Adolphe Jacques Quetelet. Skala ini dibuat untuk memberi estimasi derajat kelebihan berat badan.

Data dari skala tersebut kemudian digunakan untuk membantu pemerintah mengatur anggaran kesehatan.

Baca juga: 7 Camilan untuk Menurunkan Berat Badan

Cara menghitung IMT

Skala ini cukup sederhana. Caranya adalah dengan membagi berat badan seseorang dalam kilogram dengan tinggi dalam meter kuadrat.

Dilansir dari P2PTM Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hasilnya dapat dikategorikan sebagai berikut:

  • Kurang dari 18,5: berat badan kurang
  • 18,5 sampai 22,9: berat badan normal
  • 23 sampai 24,9: kelebihan berat badan dengan risiko
  • 25 sampai 29,9: obesitas 1
  • Lebih dari 30: obesitas 2

Baca juga: Studi: Hindari Cahaya Ponsel dan TV Sebelum Tidur jika Ingin Menurunkan Berat Badan

Pengaruh IMT terhadap kesehatan tubuh

Setelah mendapatkan hasil IMT, dokter mungkin menyarankan beberapa penyesuaian gaya hidup, jika Anda berada di luar kategori berat badan normal. Baik berat badan kurang ataupun lebih, keduanya memiliki risiko kesehatan.

Keduanya berisiko mengalami kondisi sindrom metabolik. Kondisi ini memicu inflamasi di seluruh tubuh. Risikonya bisa menurunkan imun tubuh, serta berbagai gangguan organ, termasuk penyakit kardiovaskular, diabetes, dan gangguan hati.

Beberapa studi menemukan bahwa orang dengan IMT obesitas memiliki risiko 20 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung, dibandingkan dengan orang dengan IMT normal. Ini sebabnya banyak dokter yang mengambil penilaian kesehatan seseorang berdasarkan kategori BMI seseorang.

Namun, kesehatan seseorang tidak bisa dinilai hanya dari IMT saja. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi kesehatan seseorang, seperti usia, jenis kelamin, ras, genetik, massa lemak, massa otot, dan kepadatan tulang.

Baca juga: 7 Makanan Sehat untuk Menambah Berat Badan

Sebagai contoh, sebuah studi menemukan bahwa pria dan wanita Asian dengan BMI lebih rendah lebih berisiko terkena penyakit jantung dibandingkan orang yang bukan berasal dari Asia.

Ini menunjukkan bahwa IMT tidak sepenuhnya akurat dalam menggambarkan kondisi kesehatan seseorang dan tidak bisa menjadi satu-satunya acuan. Sehingga harus dilakukan penilaian lainnya yang lebih lengkap.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com