Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Fakta Perkembangan Riset BMKG tentang Prediksi Gempa Bumi di Indonesia

Kompas.com - 06/06/2021, 11:01 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia adalah negara yang rawan bencana alam, termasuk gempa bumi. Maka, berbagai lembaga atau instansi terus berupaya mengembangkan teknologi yang dapat mengantisipasi dampak buruk bencana dengan memprediksinya.

Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono dalam keterangan tertulisnya mengatakan, berbagai macam upaya sudah dilakukan dalam usaha mengurangi korban akibat bencana gempa bumi.

"Salah satu bentuk implementasinya yaitu berupa langkah preventif dalam bentuk kajian prediksi gempa bumi sudah banyak dilakukan oleh para pakar kegempaan di dunia," kata Rahmat, Sabtu (5/6/2021).

Baca juga: Alat Deteksi Gempa UGM Prediksi Gempa Bumi dari Aceh hingga NTT

Dalam kajian informasi awal sebelum kejadian gempa bumi ada 2 istilah, yaitu prediksi gempa bumi dan prekursor gempa bumi.

Prediksi gempa bumi merupakan kajian untuk menjawab penyediaan informasi parameter gempabumi saat belum terjadi gempa bumi.

Rahmat menjelaskan, kajian prediksi ini meliputi kapan gempabumi akan terjadi (aspek waktu), lokasi pusat gempa dan parameter sumber dan mekanisme sumber gempabumi. 

Sementara, prekursor gempa bumi adalah kajian atau riset yang mempelajari perubahan fisika yang terjadi di alam, yang dapat dijadikan sebagai petunjuk awal sebelum kejadian gempa bumi.

Perkembangan riset kajian informasi awal gempa bumi

BMKG melaksanakan riset prediksi gempa bumi di Indonesia, semenjak periode tahun 1980 dan mengembangkan melalui berbagai metoda dan pemasangan peralatan.

Di antaranya seperti metoda statistik, metoda seismic gap dari data-data gempa bumi yang telah lalu, metoda dengan data Radon, metoda dengan data suhu tanah, metoda dengan data magnet bumi, dan metoda dengan data TEC (Total Electron Content).

"Dari berbagai riset dan pengembangan oleh BMKG tersebut, yang cukup menjanjikan adalah metoda dengan data magnet bumi atau BMKG menyebut dengan Precursor Gempa bumi dengan metode magnet bumi," kata Rahmat.

Berikut empat fakta perkembangan kajian atau riset prediksi gempa bumi di Indonesia.

1. Perkembangan riset dari tahun ke tahun

Metoda precursor gempabumi dengan metode magnet bumi mulai dikembangkan tahun 2011, bekerja sama dengan Universitas Kyushu Jepang, mulai merancang kegiatan.

Kemudian pada tahun 2012, Universitas Kyushu Jepang memasang Fluxgate Geomagnet di 3 lokasi di Pulau Sumatera.

Dilanjutkan tahun 2014 parameter prekursor gempa bumi dibuat dengan tiga parameter yaitu, kapan?, di mana?, dan berapa kuat potensinya?.

Barulah pada tahun 2016 BMKG mulai melakukan kajian rutin dan terukur.

Tahun 2017  menambah peralatan pemantau magnet bumi (Fluxgate geomagnet) untuk precursor gempa bumi.

Rahmat berkata, dalam perkembangan riset ini BMKG juga telah berhasil menganalisis precursor gempa bumi dengan metode magnet bumi.

Hasil yang didapatkan adalah data mengenai; Kapan gempabumi akan terjadi, dengan range 1 – 30 hari ke depan. Di  mana area gempa bumi akan terjadi dengan  area duga aktif yang terbatas (tidak luas). Dan Berapa besar kekuatan gempa bumi (magnitudo) akan terjadi.

Analisis dan laporan precursor dibuat mingguan, tetapi informasinya masih terbatas untuk internal BMKG, dikarenakan tingkat akurasinya untuk gempa besar masih kurang baik. Sedangkan, untuk gempa dengan magnitudo sekitar 5 mulai ada peningkatan akurasi.

Metoda ini terus dikembangkan dan sampai sekarang terus dimonitor dan dievaluasi tingkat akurasinya.

Mulai tahun 2021 ini, riset bersama dilakukan bekerja sama  BMKG dan LIPI dalam riset bersama untuk kajian prekursor gempa bumi  yang memfokuskan pada potensi gempa-gempa merusak.

Baca juga: Disebut bisa Deteksi dan Prediksi Gempa, Apa Itu Gas Radon?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com