KOMPAS.com - Tes deteksi virus corona menjadi gerbang awal untuk melacak paparan Covid-19. Studi baru menemukan tes yang lebih cepat mendeteksi antibodi terhadap virus dalam darah manusia.
Total kasus infeksi virus corona di dunia telah mencapai lebih dari 3 juta orang. Amerika Serikat telah mencatatkan peringkat tertinggi dengan angka kasus lebih dari 1 juta orang positif Covid-19.
Melansir Science Daily, Kamis (30/4/2020), kurva Covid-19 di Amerika Serikat menunjukkan grafik yang mulai mendatar, hanya di beberapa wilayah.
Namun, pejabat kesehatan setempat berusaha memahami berapa banyak orang yang telah terinfeksi.
Baca juga: Cara Tahan Laju Covid-19 Saat Indonesia Mustahil 10.000 Tes RT-PCR Per Hari
Sebuah studi proof-of-concept di American Chemical Society (ACS) Analytical Chemistry menjelaskan tentang tes cepat, lebih sensitif dalam mendeteksi antibodi terhadap infeksi virus corona dalam darah manusia.
Tes ini akan membantu dokter melacak paparan penyakit Covid-19 pada seseorang, serta mengkonfirmasi dugaan infeksi virus yang sebelumnya dinyatakan negatif pada metode lain.
Sebab, gejala Covid-19 berkisar dari yang ringan hingga parah, bahkan tampaknya beberapa orang tanpa gejala (OTG).
Hal ini menunjukkan jumlah orang yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 di beberapa tempat juga kemungkinan jauh lebih tinggi daripada jumlah kasus yang telah dikonfirmasi.
Baca juga: Tes Corona Ini Diklaim Lebih Cepat Deteksi Virus Penyebab Covid-19
Selain itu, meski masih banyak penelitian yang perlu dilakukan, ada kemungkinan orang dengan antibodi terhadap virus dapat kebal terhadap wabah Covid-19 di masa depan.
Untuk membantu mengidentifikasi orang yang terpapar virus corona, SARS-CoV-2 saat ini maupun di masa lalu, Lei Yu, Yingsong Wu, Guangfeng Lin dan tim peneliti lainnya dari ACS ingin mengembangkan tes yang lebih cepat dan lebih sensitif.
Tes tersebut didasarkan pada teknik lateral flow immunoassay (LFA), yakni semacam tes kehamilan di rumah. Mereka menempelkan protein pelapis virus ke daerah tertentu pada pita nitroselulosa dan kemudian menambahkan serum manusia.
Serum akan mengalir dari satu ujung strip ke yang lain, dan setiap antibodi terhadap protein virus akan terikat ke area pada strip tersebut.
Selanjutnya, tim peneliti akan mendeteksi antibodi anti-SARS-CoV-2 dengan antibodi berlabel fluoresensi.
Deteksi berbasis fluoresensi ini diklaim jauh lebih sensitif daripada beberapa LFA lainnya, seperti tes kehamilan, yang dapat dibaca dengan mata telanjang.
Para peneliti mengujinya pada tujuh sampel serum dari pasien Covid-19 dan 12 sampel dari orang yang dites negatif terhadap penyakit dengan membalikkan reaksi transkripase-polimerase (RT-PCR), tes diagnostik umum yang terkadang gagal mendeteksi kasus positif.
Baca juga: Masih Bingung Rapid Test Corona atau Tes PCR, Ini Penjelasan Ahli
Pengujian baru mendiagnosis dengan benar ketujuh sampel dengan hasil positif Covid-19, serta tambahan negatif Covid-19 pada sampel orang yang memiliki gejala klinis mencurigakan. Hasil dari sampel tersebut terbaca atau terdeteksi hanya dalam 10 menit.
Para peneliti mengatakan immunoassay dapat membantu mengkonfirmasi diagnosis negatif dan memantau pemulihan pasien.
Selain itu, tes ini dapat mempelajari paparan virus corona di masa lalu, dan mengidentifikasi individu yang pulih dengan antibodi tingkat tinggi sebagai donor plasma yang berpotensi pulih dari Covid-19.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.