Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Astronom Buktikan Munculnya Lubang Hitam Supermasif Setelah Big Bang

Kompas.com - 17/03/2020, 13:21 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber SPACE.COM

KOMPAS.com - Setelah Big Bang, ternyata ada lubang hitam berukuran 1 miliar kali dari Matahari. Lubang besar itu diketahui telah menyedot gas terionisasi dalam jumlah besar.

Melansir Space, Selasa (17/3/2020), pada 900 juta tahun setelah Big Bang, lubang besar itu membentuk mesin galaksi yang dikenal sebagai blazar.

Mesin ini menerbangkan jet super panas dari materi terang ke ruang angkasa. Di Bumi, caya dari ledakan itu masih bisa terdeteksi lebih dari 12 miliar tahun kemudian.

Para astronom sebelumnya telah menemukan bukti lubang hitam supermasif purba yang sedikit lebih muda, di inti galaksi aktif radio-loud atau RL AGNs.

Baca juga: Dahsyatnya Letusan Lubang Hitam di Galaksi Ini Terkuat di Alam Semesta

RL AGNs adalah galaksi dengan inti yang terlihat sangat terang saat diamati teleskop radio, yang dianggap sebagai bukti, galaksi ini mengandung lubang hitam supermasif.

Blazar adalah tipe unik dari RL AGNs yang memuntahkan dua narrow jet dari relativistik dalam arah yang berlawanan.

Jet-jet itu memancarkan sinar cahaya yang sempit pada panjang gelombang yang berbeda dan harus diarahkan ke Bumi agar ilmuwan dapat mendeteksi mereka dari jarak yang sangat jauh.

Penemuan blazar baru ini menggerakkan tanggal lubang hitam supermasif tertua yang dikonfirmasi ke dalam miliaran tahun pertama dalam sejarah alam semesta.

Baca juga: Lubang Hitam Supermasif Berukuran 40 Miliar Kali Matahari Ditemukan

"Berkat penemuan ini, kami dapat mengatakan dalam miliaran tahun pertama kehidupan alam semesta, ada sejumlah lubang hitam yang sangat besar yang memancarkan jet relativistik yang kuat," ujar Silvia Belladitta, yang juga mahasiswa doktoral di Italian National Institute for Astrophysics (INAF) di Milan.

Penemuan oleh Belladitta dan rekan penulisnya mengukuhkan blazer ada selama zaman sejarah alam semesta kita yang dikenal sebagai "reionisasi".

Itu adalah periode setelah masa gelap yang panjang dan pasca-Big Bang ketika bintang dan galaksi pertama mulai terbentuk.

Menurut penulis makalaha ini, jika hanya satu blazar yang ada di fase awal alam semesta ini, itu akan menjadi keberuntungan yang sangat luar biasa.

Sebab, blazar ini telah menunjukkan sinarnya yang sempit dan terlihat di Bumi.

Itu jauh lebih mungkin jika ada banyak blazar seperti itu yang menunjuk ke segala arah, dan salah satu dari mereka kebetulan melemparkan cahayanya ke arah Bumi.

Hasil penelitian yang ditulis ini menunjukkan benih dari lubang hitam supermasif yang mendominasi inti galaksi besar di seluruh jagat raya pada saat ini.

Termasuk Sagitarius A*, yakni lubang hitam supermasif yang relatif sunyi di pusat Bima Sakit ini.

Baca juga: Astronom Temukan Benda-benda Aneh yang Mengorbit Lubang Hitam

Belladitta mengatakan sangat penting mengamati blazar. Untuk setiap sumber yang ditemukan dari jenis lubang hitam ini, setidaknya harus ada 100 yang serupa.

"Akan tetapi kebanyakan berorientasi berbeda, dan karena itu terlalu lemah untuk dilihat secara langsung," kata Belladitta yang juga merupakan penulis utama makalah tentang blazar lubang hitam supermasif ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com