Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rikson Pandapotan Tampubolon
Dosen

Dosen; Direktur Eksekutif Batam Labor and Public Policies; Konsultan; Pengamat Kebijakan Publik

Memanusiakan Manusia dengan Taman Kota

Kompas.com - 07/07/2023, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"Taman kota bukan hanya tentang tanaman dan bunga, tetapi tentang masyarakat yang berkumpul, berinteraksi, dan menciptakan kenangan bersama. Ia adalah tempat di mana kehidupan bermekaran dalam segala bentuknya."

BEGITULAH ungkapan yang disampaikan penyair asal Inggris, Alfred Austin.

Kemacetan, polusi, dan kesibukan yang tinggi adalah keseharian masyarakat kota industri. Untuk itu penting membangun ekosistem yang seimbang antara motif ekonomi perkotaan dengan kebutuhan naluriah manusia itu sendiri, yaitu menikmati suasana alamiah, kekeluargaan, dan udara bersih. Taman kota solusi untuk itu.

Penting sekali membangun satu taman representatif di setiap kelurahan dan/atau minimal di tingkat kecamatan di kota industri.

Taman ini bukan hanya menjadi tempat rekreasi, tetapi juga memiliki dampak positif yang meluas, baik bagi masyarakat, lingkungan, maupun pembangunan kota secara keseluruhan.

Kebutuhan masyarakat perkotaan akan suasana yang asri alami dan ruang untuk berbagi dan berkreasi menjadi keniscayaan di tengah hirup pikuk perkotaan.

Kebutuhan taman kota yang terbebas dari upaya komersialisasi, hanya menitikberatkan pada upaya pemulihan jiwa pascaberhadapan dengan roda kapitalisme yang tidak bisa disangkal membuat kita semakin teralienisasi dari bumi yang kita muliakan.

Maka untuk itu penting sekali pemangku kebijakan maupun kepala daerah sadar dan bertanggungjawab untuk menjawab kebutuhan masyarakat perkotaan yang selalu menghadapi dilema produktivitas dengan kebutuhan naluri manusia itu sendiri.

Kelurahan maupun kecamatan merupakan wilayah lingkup kecil yang harus memiliki tempat untuk pemulihan jiwa, yaitu taman kota yang asri, humanis, dan ruang kreativitas dan inovasi yang tidak berbayar. Dengan begitu, taman dapat menjadi media memanusiakan manusia itu sendiri.

Satu kecamatan, satu taman

Keberpihakan terhadap sumber daya manusia dan generasi kedepan membuat isu pembangunan taman kota semakin penting.

Membangun kota tentu tidak hanya bercerita tentang pembangunan gedung bertingkat, pusat perbelanjaan dan fasilitas infrastruktur keras seperti panjang dan luas jalanan.

Namun yang tidak kalah penting, yaitu membangun fisik dan psikis manusia di kota tersebut. Membangun manusia itu sendiri.

Urgensi menghadirkan taman kota per kecamatan/kelurahan sekurang-kurangnya memiliki nilai kemanfaatnya.

Pertama, kehadiran taman representatif di setiap kecamatan dapat memberikan ruang terbuka hijau yang sangat dibutuhkan.

Dalam lingkungan perkotaan yang padat, taman menjadi oase bagi penduduk kota untuk menghirup udara segar, berinteraksi dengan alam, dan melepaskan diri dari hiruk pikuk kehidupan sehari-hari.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com