Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak yang Berlebihan Memuji Musisi Indie, Is Pusakata: Tidak Ada yang 100 Persen Indie, Sekarang Semuanya Bisnis

Kompas.com - 10/01/2024, 20:24 WIB
Andika Aditia

Penulis


KOMPAS.com – Musisi Mohammad Istiqamah Djamad atau Is Pusakata mengkritik para penikmat musik yang terlalu berlebihan dalam memuji musisi indie.

Is Pusakata yang merupakan mantan vokalis Payung Teduh ini merasa musisi indie bukan berarti otomatis lebih spesial ketimbang pemusik yang memilih berada di jalur major label.

Bahkan, Is Pusakata yang sering disebut-sebut sebagai salah satu ikon indie pun enggan dicap musisi indie.

Baca juga: Sekarang Ramai Istilah Anak Senja, Is Pusakata: Gue Menyesal Bikin Lagu Itu, Banyak yang Salah Memahami

“Apa salahnya masuk major label? Sekarang gini, maaf-maaf nih, kalau boleh kasar, gue enggak suka sama yang terlalu mengkultuskan musisi indie, gue pun enggak mau dibilang musisi indie,” ucap Is Pusakata seperti dikutip dari kanal YouTube Auntheticity ID, Rabu (10/1/2024).

Bagi Is Pusakata, kini tak ada yang benar-benar mengusung semangat dan perjuangan musik indie selayaknya.

Menurut Is, banyak yang salah kaprah mengkategorikan indie dan bukan indie hanya melalui label rekaman dan genre musik.

Baca juga: Musisi Indie Ray Viera Laxmana Lakukan Penipuan Tiket Konser Arctic Monkeys

“Tidak ada yang 100 persen indie, semuanya berbisnis sekarang. Merchandise iya, ngurusin publishing iya, apa bedanya (dengan musisi major label),” ucap Is Pusakata.

Malah, musisi yang disebut indie kata Is Pusakata, seharusnya berterimakasih karena kini karena berbagai kemudahan digital membuat banyak yang meningkatkan skala bermusiknya, baik dari segi karya, penampilan, dan industrinya.

“Justru lu tercerdaskan sekarang, sampai kapan lu mau main musik di bawah tangga stadion gitu,” ucap Is Pusakata.

Baca juga: Berpadu dengan Payung Teduh, Is Pusakata Cerita di Balik Nama Parade Hujan

Is Pusakata yang dikenal karena membuat lagu sarat diksi bernuansa senja mengaku dirinya malah dulu pernah berhaluan musik punk.

Musik punk yang dikenal kuat hidup dari komunitas tanpa memikirkan popularitas pun tetap harus memikirkan bagaimana caranya bisa bertahan.

“Gue juga anak punk, gue juga mainin Nimrod (album kelima Green Day) gue hafalin dulu, another sentimental gue hafalin dulu, gue ngepunk gue bilang, dan spiritnya enggak begini, ada orang bisnis di belakang Green Day yang bikin mereka tetap sustain kehidupannya sampai sekarang,” tutur Is Pusakata.

Baca juga: Daftar Lengkap Penyanyi Indie Indonesia

Ada pun, sejak dekade 2010, banyak bermunculan band dengan musik alternatif yang menawarkan nuansa musik dan lirik yang berbeda.

Band-band ini di antaranya adalah Payung Teduh yang kini berganti nama menjadi Parade Hujan, lalu ada 4.20 alias Fourtwnty, Senar Senja, Banda Neira dan lainnya.

Lagu-lagu band alternatif ini lebih menekankan impresionisme terhadap waktu, kondisi, momen dan sebagainya yang dihayati.

Merasa banyak yang klop, band-band tersebut lantas disambut antusias dan bahkan menjadi sub-culture tersendiri.

Banyak yang menganggap kemunculan band-band alternatif tersebut muncul tak ubahnya seperti gerakan band indie di dekade 2000an, hanya saja mengusung semangat yang berbeda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com