Joko Tingkir ngombe dawet
Jo dipikir, marai mumet
Ngopek jamur nggone Mbah Wage
Pantang mundur, terus nyambut gawe
ITULAH penggalan lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet ( Joko Tingkir Minum Dawet/Cendol) yang lagi viral. Belakangan lagu ini dinyanyikan beberapa penyanyi, di antaranya Yeni Inka.
Di akun YouTube Yeni Inka, lagu itu sudah ditonton lebih 19 juta kali. Artinya, lagu ini memang populer. Saking populernya lagu itu, Presiden Joko Widodo lantas request kepada penyanyi cilik Farel Prayoga untuk menyanyikan lagu "Joko Tingkir Ngombe Dawet" di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (17/8/2022).
Momen itu terjadi sesaat setelah Farel selesai melantunkan Ojok Bandingke. Presiden Joko Widodo, dari tempat duduknya, berteriak meminta Farel menyanyikan lagi itu. "Joko Tingkir...," kata Presiden Jokowi dari kejauhan sembari tertawa.
Baca juga: Siapa Penyanyi Asli Joko Tingkir Ngombe Dawet?
Farel mungkin tak mendengar permintaan itu. Karenna penyanyi cilik itu kembali melantunkan lagu sebelumnya. Joko Tingkir tak mengumandang, Joko Widodo cuma tersenyum.
Untunglah lagu Joko Tingkir tak mengumandang di Istana. Kalau saja Joko Tingkir dinyanyikan di Istana, warganet bakal heboh. Sebab, lagu ini sedang mengundang polemik.
Analis lirik lagu bilang begini: Joko Tingkir menceritakan kegelisahan anak rantau yang sedang mempersiapkan masa depannya. Namun, perlu diketahui Joko Tingkir adalah tokoh ksatria yang tak kenal putus asa.
Pengarang lirik lagu menyampaikan kemungkinan membuat figur Joko Tingkir sebagai simbol semangat ksatria pada zaman dahulu dalam memperjuangkan masa depan tanpa mengeluh dan apa adanya. Jadi, Joko Tingkir merupakan representasi ksatria.
Pihak lain berpandangan beda. KH Ahmad Muwafiq, misalkan, mengatakan Joko Tingkir adalah tokoh sejarah. Joko Tingkir merupakan nenek moyang para ulama di Pulau Jawa. Joko Tingkir merupakan sultan di Pajang yang menurunkan Pangeran Benowo. Joko Tingkir adalah sosok yang mulia, yang tidak seharusnya dipakai sebagai bahan bercandaan.
Sebelumnya, keberatan itu juga disampaikan ulama, MUI Jawa Timur, tokoh masyarakat, warga Lamongan dan anggota dewan.
Belum ada klarifikasi dari pencipta lagu, apakah dia tahu sosok Joko Tingkir yang ada dalam sejarah atau tidak. Tetapi ini menjadi pelajaran berharga bagi kaum profesional.
Sebagai penulis, saya memetik pelajaran berharga dari polemik ini. Setidaknya tatkala akan masuk ke ruang publik, bagi saya, musti melakukan perenungan. Dalam polemik itu, apakah tokoh Joko Tingkir layak ngombe (minum) dawet?