Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Utara Kembali Uji Coba Hulu Ledak Superbesar

Kompas.com - 20/04/2024, 13:47 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AFP

PYONGYANG, KOMPAS.com - Setelah bulan lalu menguji rudal superbesar, kali ini Korea Utara melakukan uji coba hulu ledak yang juga superbesar.

Menurut media pemerintah Korea Utara (KCNA) pada Sabtu (20/4/2024), hulu ledak itu dirancang untuk rudal jelajah strategis.

Dijelaskan pula bahwa tes terbaru ini dilakukan sejak sanksi PBB yang memantau negara bersenjata nuklir tersebut dibatalkan bulan lalu oleh Rusia.

Baca juga: Kim Jong Un Awasi Latihan Peluncuran Roket Superbesar

Pengumuman tersebut muncul setelah Rusia pada Maret menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB untuk secara efektif mengakhiri pemantauan PBB terhadap pelanggaran serangkaian sanksi terhadap pemerintahan Kim Jong Un terkait program nuklir dan senjatanya.

Para analis telah memperingatkan bahwa Korea Utara mungkin akan melakukan uji coba rudal jelajah sebelum mengirimkannya ke Rusia untuk digunakan di Ukraina.

AS dan Korea Selatan mengeklaim Kim telah mengirimkan senjata ke Moskwa, meskipun sanksi PBB melarang tindakan tersebut.

"Rudal DPRK telah dilakukan uji kekuatan hulu ledak superbesar yang dirancang untuk rudal jelajah strategis Hwasal-1 Ra-3," kata kantor berita KCNA.

Korea Utara juga melakukan uji peluncuran rudal antipesawat tipe baru 'Pyoljji-1-2' di Laut Barat Korea. Kedua uji coba tersebut dilakukan pada Jumat sore.

Baca juga: Kim Jong Un Rilis Lagu Baru yang Isinya Puji Diri Sendiri

Pada Sabtu hari ini, Militer Korea Selatan mendeteksi beberapa rudal jelajah dan rudal permukaan-ke-udara yang ditembakkan ke perairan yang sama atau Laut Kuning, sekitar pukul 15.30 waktu setemoat pada Jumat.

Ia menambahkan bahwa pihaknya terus memantau aktivitas militer Korea Utara, dan jika Pyongyang melakukan provokasi, maka Korea Selatan juga akan bertindak tegas.

Tahun ini, Pyongyang telah menyatakan Korea Selatan sebagai “musuh utama”. Korea Utara juga telah membuang lembaga-lembaga yang berdedikasi pada reunifikasi dan penjangkauan, serta mengancam perang jika terjadi pelanggaran teritorial meski hanya 0,001 mm saja.

Berbeda dengan uji coba rudal balistik, pengujian rudal jelajah tidak dilarang berdasarkan sanksi PBB terhadap Korea Utara.

Rudal jelajah cenderung berbahan bakar jet dan terbang pada ketinggian yang lebih rendah dibandingkan rudal balistik yang lebih canggih, sehingga lebih sulit dideteksi dan dicegat.

Menurut Ahn Chan-il, seorang pembelot yang menjadi peneliti yang mengelola Institut Dunia untuk Studi Korea Utara, mengatakan kepada AFP bahwa pengujian yang diumumkan pada Sabtu ini melibatkan bahan bakar padat jenis baru, dan menjadi bagian dari produksi ekspor.

Ia juga menilai bahwa uji coba ini sebagai tanggapan atas permintaan dari Rusia.

Baca juga: Kim Jong Un: Korea Utara Siap Perang jika Terprovokasi

Pyongyang mengatakan pada hari Sabtu bahwa uji coba tersebut adalah bagian dari kegiatan rutin uji rudal negaranya dan tidak ada hubungannya dengan situasi sekitar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Global
[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com