PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.com - Pemimpin geng Haiti Jimmy Cherizier memperingatkan pada Jumat (1/3/2024), bahwa dirinya bersumpah menggulingkan Perdana Menteri Ariel Henry.
Cherizier juga meminta anggota keluarga untuk melarang anak-anak bersekolah terlebih dahulu karena kekerangan di ibu kota meningkat.
Beberapa tembakan terjadi di ibu kota Haiti hingga menyebabkan gangguan lalu lintas. Bahkan ada bus-bus yang terbakar di jalanan yang penuh barikade.
Baca juga: Haiti Dilanda Kerusuhan Parah, Kanada Akan Kirim Kapal Perang
"Pertempuran akan berlangsung selama diperlukan. Kami akan terus melawan Ariel Henry. Untuk menghindari dampak buruk, jagalah anak-anak di rumah," kata Cherizier, dikutip dari Reuters pada Sabtu (2/3/2024).
Diketahui, Cherizier adalah mantan petugas polisi yang memimpin aliansi geng dan mengganggu negara ketika dia memblokir terminal minyak terbesarnya pada 2022. Dia menghadapi sanksi dari PBB dan Departemen Keuangan Amerika Serikat.
Pada Jumat malam, ada laporan bahwa orang-orang bersenjata berusaha mengambil alih pelabuhan peti kemas utama ibu kota.
Geng-geng tersebut mengancam akan menyerang lebih banyak kantor polisi di kota tersebut, namun Reuters tidak dapat segera memverifikasi laporan-laporan ini.
Sementara itu, sebuah video yang menjadi viral di media sosial menunjukkan dua polisi terbunuh, yang menurut pemimpin serikat polisi SYNAPOHA Lionel Lazare kepada Reuters menggambarkan adanya pembunuhan beberapa petugas pada hari Kamis.
Baca juga: Polisi Dibunuh Gangster, Demonstran Serbu Rumah Dinas PM Haiti dan Bandara
Dalam sebuah pernyataan, kantor Perdana Menteri Henry menyatakan akan kemarahannya terhadap tindakan kekerasan dan teror yang dilakukan oleh anggota geng bersenjata.
Pihaknya juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban, dan mengatakan pemerintah akan terus berupaya menyelesaikan konflik tersebut.
Kekerasan meningkat selama kunjungan Henry ke Kenya minggu ini. Kedua negara menandatangani kesepakatan keamanan.
Harapan Kenya ialah rencananya mengirim 1.000 petugas polisi untuk memimpin misi yang disetujui PBB untuk mengatasi kekerasan geng di Haiti.
Henry sebelumnya berada di Guyana untuk menghadiri pertemuan puncak regional Karibia.
Di mana dia mengatakan kepada para pemimpin bahwa dia akan mengadakan pemilu pada Agustus 2025, setelah menunda janji sebelumnya karena situasi yang tidak aman.
Henry berkuasa setelah pembunuhan presiden terakhir negara itu pada tahun 2021. Haiti terakhir kali mengadakan pemilu pada tahun 2016 dan memastikan transisi kekuasaan adalah tujuan misi internasional selain mengamankan jalur bantuan kemanusiaan.
Baca juga: Jimmy Cherizier, Pemimpin Geng Terbesar Haiti, Dikenakan Sanksi oleh PBB
PBB memperkirakan sekitar 300.000 orang di Haiti telah meninggalkan rumah mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.